Kuala Lumpur (ANTARA News) - Peningkatan kerja sama kebudayaan dapat semakin merekatkan hubungan Indonesia-Malaysia sebagai bangsa serumpun, dan menjadi sumber inspirasi dalam pengembangan karya-karya seni tari, seni musik, seni peran, seni lukis dan lainnya.

"Kerja sama kebudayaan tidak hanya pada tatanan pemahaman tapi dilaksanakan secara konkrit dan langsung diapresiasikan," kata Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Bambang Wibawarta seusai jamuan makan bersama Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia Datuk Seri Rais Yatim di Kuala Lumpur, Kamis.

Menurut dia, melalui kebudayaan dan kesenian akan membawa persepsi yang sama dari kedua pihak bangsa serumpun ini sehingga kelak memunculkan karya-karya baru. "Jadi peningkatan kerja sama kebudayaan adalah sesuatu hal yang sangat baik," ungkapnya.

Dengan kerja sama yang baik dan tumbuhnya saling pengertian antarsesama bangsa tentu apabila terjadi perselisihan tentang budaya dapat terselesaikan. "Kalau kita punya pemetaan akan budaya tentu dapat dipahami bersama sehingga tidak terjadi saling klaim," kata Dekan UI itu.

Bambang mengingatkan, tidak perlu terjadi saling klaim, tapi hendaknya kebudayaan dijadikan sebuah kekuatan dan modal luar biasa besar yang dapat dimanfaatkan bersama.

"Budaya kedua negara yang menjadi titik singgung tidak usah diperdebatkan tapi dimanfaatkan untuk pengembangan industri kreatif," ungkapnya.

Oleh karenanya, lanjut dia, dialog, pertemuan, penelitian bersama, ataupun saling kunjung menjadi sangat
penting untuk mencapai pemahaman bersama. "Ini jangan hanya berhenti di level elit tapi gagasannya harus
sampai ke level yang paling bawah. Harus fokus pada implementasinya dan tidak berhenti dalam jargon-
jargon belaka," paparnya.

Senada disampaikan Rektor Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (Aswara) Malaysia, Prof Dr Mohamad Hatta Azad Khan bahwa kerja sama kebudayaan sangatlah penting sebab keduanya memiliki banyak kesamaan dan dapat dipelajari bersama.

"Melalui kerja sama tentu pemahaman akan budaya itu menjadi lebih dalam, jelas dan tidak lagi memilih ini
(budaya) punya siapa," kata Hatta.

Sebab, kata dia, budaya adalah sebuah keilmuan yang bisa melewati batas bangsa, negara dan juga dapat
merapatkan hubungan melalui pemahaman ilmu budaya.

Sementara itu, Ketua Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (Iswami) untuk Indonesia, Saiful
Hadi mengatakan kerja sama kebudayaan tentunya akan lebih membuka jalur komunikasi antar dua bangsa
sehingga apabila terjadi suatu yang terkait dengan budaya sudah ada pihak-pihak yang diajak untuk saling
berkomunikasi.

Saiful mengungkapkan bahwa sebagai insan media tentunya sangat prihatin jika disorot menjadi penghangat suasana hubungan kedua negara.

"Hal itu mendorong Iswami untuk membuat jalur komunikasi yang melibatkan media, dunia pendidikan, pengusaha hingga organisasi massa. Salah satunya adalah mempererat komunikasi dunia pendidikan kedua negara. Kami ajak UI dan Aswara untuk memperkuat kerja sama kebudayaan," ungkap Direktur Pemberitaan Perum LKBN ANTARA itu.


Pertukaran Mahasiswa

Sementara itu, Menteri Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia, Rais Yatim sangat mendukung hubungan kerja sama yang lebih erat antara Indonesia-Malaysia dengan terus memperkuat jaringan-jaringan yang ada termasuk untuk melaksanakan pertukaran mahasiswa.

"Kami mendukung penuh upaya-upaya peningkatan kerja sama budaya dua bangsa serumpun ini," kata Rais yang pada awal Februari 2012 dijadwalkan memberikan kuliah terbuka di hadapan para mahasiswa, media dan pihak akademisi yang akan berlangsung di Universitas Indonesia, Depok.

Rais juga berharap rangkaian kerja sama ini juga meliputi program pertukaran mahasiswa agar pemahaman mengenai budaya sesama bangsa serumpun ini menjadi lebih mendalam.

"Kita akan siapkan dana untuk menggalakan bidang budaya dan tentunya ini akan mendapat dukungan dari kerajaan," katanya.

Dalam kehadirannya di UI tersebut, Rais Yatim juga akan menyumbangkan sejumlah buku yang diharapkan bisa semakin memperkaya kajian ilmu tentang Malaysia yang dimiliki oleh perpustakaan UI.
(T.N004/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012