Surabaya (ANTARA News) - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya meluncurkan program "School of Airlangga in Harmoni (Scholah) - Unair Mengajar" di Rumah Belajar Insani, Jalan Panjang Jiwo V-A, Surabaya, Rabu sore.

Di hadapan sekitar 40-50 anak usia SD hingga SMP di kampung Panjang Jiwo itu, belasan aktivis/pegiat BEM Unair tampil mengajarkan berbagai hal, di antaranya pembelajaran motivasi tentang berani bermimpi (life mapping), pembelajaran hidup bersih dan sehat (PHBS) tentang cuci tangan, dan lainnya.

Bahkan, pembelajaran berani bermimpi diiringi dengan tayangan video film kartun tentang pentingnya mimpi untuk mewujudkan cita-cita, lalu anak-anak kampung itu diminta untuk menuliskan cita-citanya dan sebagian diminta menjelaskan atau memperagakan cita-citanya itu.

Di sela-sela pembelajaran itu, para mahasiswa peserta "Scholah Unair Mengajar" mengajak puluhan anak-anak itu menyanyi lagu anak-anak, seperti "Potong Bebek Angsa" yang dipimpin seorang anak yang bercita-cita menjadi penyanyi.

Dalam program itu, para mahasiswa juga membantu anak-anak untuk mengerjakan "PR" (pekerjaan rumah) dari sekolahnya yang dirasakan sulit, namun sebagian anak itu tidak sekolah, karena sebagian dari mereka adalah anak-anak jalanan yang ditampung dalam `Rumah Belajar Insani`.

"Kami tidak hanya mengajar, tapi kami juga membagikan dua kardus buku yang kami dapatkan dari kampanye `satu mahasiswa - satu buku` pada Desember 2011, lalu hasilnya akan kami bagikan pada lima rumah belajar yang akan kami datangi sepanjang tahun 2012," kata Ristanto, mahasiswa peserta `Scholah`.

Senada dengan itu, koordinator program "Scholah Unair Mengajar" BEM Unair, Royan Dawud Aldian, mengatakan pihaknya akan menjadi "Scholah Unair Mengajar" sebagai program berkesinambungan, karena itu pihaknya tidak akan mendatangi lima rumah belajar itu dengan sekali datang.

"Ada 17-an aktivis BEM Unair yang menjadi pengajar dalam program itu dan mereka akan melakukan pendampingan pada lima rumah belajar yang sebagian merupakan tempat belajar anak-anak jalanan dan anak tidak mampu itu, namun akan disesuaikan dengan waktu luang mahasiswa dan anak-anak itu," katanya.

Mahasiswa semester lima pada Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair itu mengakui konsep "Scholah Unair Mengajar" memang merujuk program "Indonesia Mengajar", namun "Scholah" diperuntukkan mahasiswa, sedangkan "Indonesia Mengajar" itu untuk sarjana.

Selain itu, pembelajaran "Scholah" lebih bersifat motivasi, sedangkan pembelajaran "Indonesia Mengajar" bersifat formal layaknya sekolah pada umumnya.

"Pengajar Scholah itu saat ini masih dari aktivis BEM, namun ke depan akan diseleksi dengan program Lentera Scholah yang bekerja sama dengan Anies Baswedan dari Indonesia Mengajar. Awalnya juga untuk program Scholah untuk rumah belajar di sekitar Unair," katanya.

Dari program "Scholah", katanya, akan dikembangkan dalam program "Forum Kakak Asuh (Forkas)" yang akan melakukan "road show" dari rumah belajar atau rumah singgah di beberapa lokasi di Surabaya.

Dari program "Forkas", katanya, akan dikembangkan dalam program "Pelangi Scholah" yang mengirimkan mahasiswa Unair untuk mengajar di daerah-daerah di saat liburan kampus.

"Semua program itu akan didukung dengan program `Airlangga for Education` yang merupakan program `satu mahasiswa - satu buku` yang hasilnya akan disumbangkan kepada anak-anak jalanan dan anak tidak mampu, di antaranya buku tulis, buku pelajaran, buku cerita, ensiklopedia, dan sebagainya," katanya.

(T.E011/I007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012