Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengatakan jumlah vaksinasi COVID-19 yang saat ini mengalami penurunan kemungkinan disebabkan oleh kondisi penularan yang semakin membaik dan terkendali di Indonesia.

"Kalau kita lihat penurunan vaksinasi mungkin faktornya karena kondisi penularan ini yang sudah semakin baik," kata Nadia dalam Dialog Rabu Utama bertajuk Kasus Turun Percepatan Vaksinasi Terus Berjalan yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Nadia menjelaskan menurunnya jumlah orang yang melakukan vaksinasi juga dikarenakan masyarakat tidak lagi terburu-buru untuk mendapatkan vaksin, sehingga cenderung menunggu atau memilih jenis vaksin tertentu.

Baca juga: Kemenkes dorong vaksinasi daerah dengan sasar daerah plural

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kemenkes, masyarakat yang sudah mendapatkan dosis pertama hingga hari ini, telah mencapai 138 juta atau sebesar 67 persen. Sedangkan yang mendapatkan dosis kedua sebanyak 95,5 juta atau 45,8 persen.

Namun, dari seluruh target sasaran yang ada pada usia di atas 12 tahun, pada vaksinasi kelompok penduduk lanjut usia (lansia) baru mencapai 53 persen dari total lansia yang mendapatkan vaksinasi dosis pertama dan 34 persen pada dosis kedua.

"Di sisi lain kalau kita lihat daerah-daerah, hampir dua, tiga minggu ini terjadi penurunan penyuntikan per harinya ya, ini dikarenakan banyak daerah-daerah yang menunggu untuk bisa mendapatkan vaksin Sinovac ya," kata dia.

Menurut Nadia, bila dilihat dari peta penyediaan vaksin COVID-19 di semester pertama, Indonesia banyak menggunakan vaksin Sinovac, karena vaksin jenis lain belum bisa menyuplai secara penuh kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Namun, pada semester kedua, Indonesia akan memiliki lebih banyak jenis vaksin selain vaksin Sinovac, seperti AstraZeneca, Pfizer dan Moderna.

Dengan semakin berkembangnya jenis vaksin, dia berharap bahwa semua kabupaten kota bisa menyelesaikan percepatan vaksinasi dengan menggunakan vaksin apapun yang disediakan oleh pemerintah.

"Padahal, kita tahu semua vaksin itu sama baiknya dan kalaupun terjadi efek samping, itu sebenarnya sesuatu yang biasa ya, sebagai reaksi dari tubuh kita begitu kita dilatih oleh vaksin untuk kemudian menstimulus sistem kekebalan tubuh kita," tegas Nadia.

Baca juga: Kemenkes: Segerakan vaksinasi tutup celah mutasi virus berkembang

Baca juga: Epidemiolog: Kombinasi vaksin dan prokes bisa cegah Omicron

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021