Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) dan Pergizi Pangan Indonesia Hardinsyah mengatakan masyarakat dapat menggunakan makanan alternatif lain untuk dapat memenuhi gizi ibu hamil selain melalui susu, buah dan makanan hewani.

“Yang paling mahal itu kan buah dan makanan hewani, kalau makanan pokok murah. Biasanya pasti bisa sayur, juga relatif jadi untuk makanan pokok, ini bisa dari alternatifnya,” kata Hardinsyah dalam webinar Cegah Kelahiran Prematur dalam Upaya Menurunkan Stunting yang diikuti di Jakarta, Sabtu.

Hardinsyah mengatakan, tidak masalah apabila masyarakat memiliki kondisi perekonomian miskin karena masih dapat memanfaatkan beberapa makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi seperti telur dan ikan ataupun makanan yang berasal dari lingkungan sekitar rumah.

Baca juga: PTPN IX intervensi gizi ibu hamil di Batang cegah stunting

Untuk ibu hamil yang memiliki alergi ikan dan tinggal di daerah dekat sawah, dia menjelaskan dapat mengganti makanan tersebut dengan belut yang memiliki nilai gizi mikro berupa Zink yang tinggi maupun keong sawah.

“Kalau perlu asam lemak, omega-3 tapi tidak sanggup beli ikan laut, di dalam belut lebih tinggi dibanding dalam lele. Hampir sama dengan ikan laut dalam,” ujar dia.

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan kalsium, ibu hamil dapat diberikan sayuran berupa brokoli, sawi maupun kembang kol. Keluarga juga bisa memberikan makanan berbahan dasar kacang-kacangan seperti tempe dan bubur kacang hijau.

“Jadi prinsipnya bisa tanpa susu, kita penuhi selagi kita bisa menerima makanan alternatif lain ya. seperti jenis sawi, kembang kol dan brokoli. Kemudian kacang-kacangan kemudian kalau mau vitamin D ada ikan, telur juga tempe,” ucap dia.

Ketua Badan Kelengkapan Himpunan Konsultan Fetomaternal POGI Erry Gumelar mengatakan bahwa zat gizi dalam belut lebih baik dibandingkan dengan daging.

“Belut juga inspirasi ini suatu protein hewani, jadi kebutuhan protein itu kan 0,8 gram per kilogram berat badan. Bagus sekali dibanding daging yang sangat mahal dan juga tahu dan tempe,” kata Erry.

Erry mengatakan, selain memanfaatkan hasil laut sebagai alternatif pemenuhan gizi pada ibu hamil, dapat pula memanfaatkan tanaman sekitar untuk memenuhi zat gizi yang berupa kalsium elektrolit, selenium maupun Zink.

Untuk mendapatkan zat-zat gizi itu, kata dia, tak selalu absolut susu yang dapat penuhi gizi ibu. Tetapi keluarga dapat memberikan makanan berupa brokoli maupun daun katuk.

“Ini sekarang daun katuk, seleniumnya itu tinggi itu membangun imunilogi adaptif saat ibu ditrimester pertama. Jadi dengan memanfaatkan tanaman di sekitar kita ini sudah bagus sekali,” tegas Erry.

Baca juga: Pergizi Pangan Indonesia minta Dashat BKKBN perhatikan gizi ibu hamil
Baca juga: BKKBN: Penuhi gizi seimbang ibu hamil dan balita dengan pangan lokal

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021