Denpasar (ANTARA News) - Satu gerai waralaba Circle-K di Jalan Cokroaminoto, Denpasar, Bali, pada satu malam hampir dini hari. Anak-anak muda membelakangi kaca besar gerai itu kongkow-kongkow menghabiskan waktu di pelatarannya dengan geletakan plastik kresek bekas pembungkus belanjaan di sekeliling, padahal terdapat satu poster besar di dinding kacanya.

Poster besar itu berisi ajakan mengurangi pemakaian plastik kresek tiap kali konsumen berbelanja di toko waralaba asal Amerika Serikat itu. "Sudah lama poster itu dipasang dan tiap pembeli ditawarkan mau pakai kantong kresek atau tidak. Kebanyakan minta kantong bungkus biarpun cuma beli barang-barang kecil seperti permen atau korek api," kata seorang penjaga warung itu.

"Kantor kami memang mengajak masyarakat mengurangi pemakaian kantong kresek walau tidak mengharuskan pembeli. Ada juga pembeli yang datang membawa kantong sendiri, tapi yang seperti itu jarang sekali," kata penjaga itu lagi.

Dalam sehari, sekitar lima kantong plastik berlabel warung waralaba itu dikeluarkan di toko itu untuk melayani pembeli, sementara satu kantong berisi ratusan kantong kresek.

Itu baru di satu warung waralaba itu saja, belum lagi di seluruh kelompok Circle-K di Denpasar dan Bali. Jumlah itu makin meraksasa jika digabung dengan semua warung waralaba yang beroperasi di Bali, akan makin mencengangkan jika memasukkan semua toko dan perusahaan yang beroperasi di Bali.

Tidak percaya? Silakan mengamati hal ini di satu toko waralaba dari Perancis di Jalan Sunset Road, Kabupaten Badung, Bali. Sisihkan waktu lima menit saja untuk melihat betapa belasan kasirnya memasukkan barang-barang belanjaan ke dalam kantung-kantung kresek aneka ukuran berlabel perusahaan itu.

"Barang beracun dan berbau seperti racun serangga dan pemutih pakaian harus dimasukkan ke dalam kantung kresek terpisah, begitu juga makanan dan barang pecah-belah serta barang listrik atau elektronika. Itu sudah peraturan pelayanan kami," kata satu kasir di jaringan pasar serba ada Hero, di Denpasar.

Akibat standar pelayanan itu, seorang pembeli yang belanja mingguan keperluan rumah tangga bisa mendapat empat sampai lima kantong kresek tiap dia belanja. Betapa banyak kantong kresek yang harus "dilepas" seluruh jaringan toko dan warung ini tiap hari, tiap pekan, tiap bulan, dan tiap tahun?

Oleh Gubernur Bali, Made Pastika, Bali sangat bangga dengan predikat "Clean and Green"-nya, yang telah diberi predikat mengagumkan dari beberapa institusi internasional dan dalam negeri. Akan tetapi, kalau dilihat di Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kawasan Suwung, di tepi Jalan I Gusti Ngurah Rai yang menghubungkan Nusa Dua-Kuta-Sanur-Denpasar, di Kabupaten Badung, maka tumpukan sampah plastik itu sangat luar biasa jumlahnya.

Sudah umum dipahami plastik hampir mustahil diurai secara alami, sekalipun itu plastik tipis yang ringan sekali. Untuk bisa diurai mengandalkan bantuan alam, diperlukan waktu hampir 1.000 tahun agar molekul dan partikel plastik itu bisa menyatu dengan tanah atau air walaupun plastik itu berasal dari polimerasi ikatan karbon yang mirip dengan minyak bumi dan gas bahan bakar.

Istilah plastik, menurut pengertian kimia, mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Molekul plastik terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau nilai ekonominya.

Secara alamiah, terdapat beberapa polimer (pengulangan tidak terhingga dari monomer-monomer) yang digolongkan ke dalam kategori plastik. Secara fisik, plastik bisa dibentuk atau dicetak menjadi lembar film atau serat sintetik, yang disebabkan karena plastik juga bersifat "malleable" alias memiliki sifat bisa dibentuk atau ditempa.

Dalam proses industri dan pabrikasi, plastik dibuat dalam jenis yang sangat banyak. Sifat-sifat bisa menerima tekanan, panas, keras juga lentur, dan bisa digabung dengan partikel lain semisal karet, metal, dan keramik. Sehingga wajar jika plastik bisa dipergunakan secara massa untuk banyak sekali keperluan.

Terdapat enam komoditas polimer bersifat plastik yang banyak digunakan, yaitu poliethilen, polipropilen, polivinil khlorida, poliethilen terefthalat, polistiren, dan polikarbonat. 98 persen keperluan polimer dan plastik dalam peradaban manusia kini terdiri dari enam bentuk utama itu, yang berlainan dalam kemampuan degradasi, ketahanan panas, cahaya, dan kimia.

Dulu "bumper" mobil, sebagai misal, dibuat dari metal keras dan dikrom. Kini material dan proses pembuatan serta distribusi memakai bahan metal itu menjadi sangat mahal sehingga plastik polimer khusus menjadi alternatif lumrah. Keranjang belanja yang umum dibawa ibu-ibu ke pasar juga kini diganti plastik kresek yang berubah menjadi sampah begitu sampai di rumah.

Dalam pengertian kimia industri, sifat polimer semikonduktif dan konduktif adalah polimer terkonjugasi yang menunjukkan perubahan ikatan tunggal dan ganda antara atom-atom karbon pada rantai utama polimer. Ikatan ganda didapat dari karbon yang memiliki empat elektron valensi, namun pada molekul terkonjugasi hanya memiliki tiga atau terkadang dua atom lain.

Elektron yang tersisa membentuk ikatan "π" (phi), elektron yang terdelokalisasi pada seluruh molekul. Suatu substansi kimia dapat bersifat polimer konduktif jika mempunyai ikatan rangkap yang terkonjugasi. Contoh dari polimer terkonjugasi plastik tradisonal (poliethilen), sedangkan polimer konduktif antara lain poliasetilen, polipirol, politiopen, polianilin, dan lain lain.

Energi dan jenis ikatan polimer ini sangat kuat sehingga untuk mengurai atau memecah ikatannya juga diperlukan energi dan jerapan ikatan molekul reaktif lain yang lebih kuat. Inilah yang lalu menyebabkan molekul plastik sangat sulit dilapukkan atau didegrasasi karena ikatannya sangat stabil.

Kalau mau, pemecahan ikatan molekuler itu bisa dilakukan melalui campur-tangan teknologi maju, mulai dari pemakaian insenerator hingga imbuhan material biologis dan kimiawi pemecah ikatan kimia polimer plastik. Salah satu yang terkenal dari yang terakhir ini adalah penerapan sel bakteri penghasil poli asam amino, polihidroksialkanoat, dan imbuhan asam laktat organik yang telah dimodifikasi.

Sampai saat ini harga keekonomian plastik ramah lingkungan atau plastik nonkonvensional itu masih sangat mahal karena berbagai pengaruh, mulai dari kebijakan bea impor bahan baku, regulasi perdagangan dan penerapan teknologi, insentif pajak, hingga sosialisasi kepada masyarakat sebagai terminal akhir rantai pemakaian plastik itu.

Dari sisi energi ikatan, maka formasi ikatan-ikatan molekul yang membangun polimer plastik konvensional itu juga sangat menentukan keteguhan produk plastik yang dibuat, apalagi jika diimbuhi dengan aditif lain sesuai keperluan. Mau plastik keras namun lentur atau sebaliknya, atau dengan sifat-sifat lain? Semuanya bisa ditentukan mulai dari skala laboratorium hingga skala industri massal.

Indonesia merupakan salah satu penghasil biji plastik untuk jenis polipropilen (PP) dan poliethilen kerapatan tinggi atau HDPE. Menurut data resmi dua tahun lalu, terdapat 793 pabrik penghasil bijih plastik beroperasi di Tanah Air, dan pasar internasional masih sangat haus menyerap produk-produk itu.

Pada dasawarsa `30-an, hanya beberapa ratus ton plastik dipergunakan industri sedunia, berkembang menjadi 150 juta ton pertahun pada 1990 dan 220 juta ton per tahun pada 2005. Dua tahun lalu, secara rerata penduduk Eropa Barat memakai 60 kilogram peralatan plastik pertahun, yang masih kalah ketimbang konsumsi oleh penduduk Amerika Serikat yaitu 80 kilogram perorang per tahun sementara India cuma dua kilogram saja.

Sampai saat ini belum ada data resmi tentang pemakaian plastik oleh warga Indonesia per tahun. Namun kalau bisa berhitung sederhana berasumsi pemakaian sedikit di atas pemakaian plastik di India, maka dengan penduduk sebanyak 4 juta jiwa akan terdapat angka sekitar 10 juta kilogram alias 10.000 ton plastik per tahun dipergunakan di Provinsi Bali.

Pantai Kuta yang menjadi ikon dan andalan pariwisata Bali plus Indonesia pernah beberapa kali dikeluhkan turis karena banyak sampah plastik berserakan di pasir putihnya. Sampah itu belum tentu juga berasal dari Pantai Kuta itu sendiri karena pernah terbukti asal sampahnya dari muara Tukad Badung yang dihanyutkan gelombang ombak.

Kalau sudah begitu, jika tidak ditangani secara lebih serius dan sungguh-sungguh maka keberadaan sampah plastik bisa menimbulkan bahaya lain. Mulai dari ancaman ekologis sampai ke wilayah ekonomi apalagi Bali sangat tergantung pada kehadiran turis untuk menghidupi diri.(*)

A037H-KWR

Oleh Ade P Marboen
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011