Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bersama Kantor Staf Presiden berkolaborasi dengan Huawei Indonesia menggelar pelatihan instalasi perangkat nirkabel (wireless) dan microwave untuk guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Kegiatan pelatihan tersebut digelar di Huawei ASEAN Academy Engineering Institute Jakarta dan dibuka langsung oleh Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko serta dihadiri oleh CEO Huawei Indonesia Jacky Chen dan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto.

"Melalui program ini, para guru SMK dapat memperoleh pelatihan langsung dari para ahlinya dari Huawei," ujar Moeldoko dalam siaran pers dikutip Selasa.

Baca juga: Huawei gandeng Poltek SSN gelar TechDay 2021

Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru SMK di bidang komputer dan jaringan khususnya pada perangkat wireless dan microwave.

Pelatihan yang digelar selama enam hari itu merupakan tindak lanjut kerja sama antara Kemendikbudristek dengan Huawei Indonesia yang telah berlangsung sejak 2019, di mana sebelumnya sudah ada 502 peserta didik SMK yang mengikuti pelatihan instalasi perangkat wireless dan microwave.

Untuk tahun 2021 total peserta yang akan mengikuti pelatihan sebanyak 140 guru kejuruan dari SMK yang ditetapkan sebagai SMK Pusat Keunggulan dan dibagi menjadi tujuh angkatan. Setiap angkatan akan diikuti oleh 20 guru.

Selain itu, para peserta pelatihan diminta untuk melakukan alih pengetahuan baik teori atau praktik kepada peserta didik di sekolahnya masing-masing kepada minimal 60 peserta didik.

Moeldoko mengatakan bahwa program sinergis Training of Trainers (ToT) antara Ditjen Pendidikan Vokasi dan Huawei Indonesia tersebut sangat strategis dalam mendukung kebutuhan industri terhadap lulusan-lulusan SMK siap kerja secara berkelanjutan dan akseleratif.

Baca juga: Huawei dukung IATF ITB selenggarakan vaksinasi massal

“Dengan basis kemampuan mengajarnya, ilmu yang telah diperoleh para guru dari para pakar tentunya akan lebih mudah ditularkan kepada murid muridnya, sehingga proses alih pengetahuan dan teknologi menjadi lebih efektif," kata dia.

Moeldoko berharap program pelatihan ini dapat mempercepat pencapaian target pemerintah untuk mencetak 9 juta SDM Digital di Indonesia pada 2030 serta mendukung terwujudnya visi Indonesia Emas pada 2045.

CEO Huawei Indonesia Jacky Chen dalam sambutannya mengatakan bahwa program Training of Trainers yang pihaknya selenggarakan merupakan bagian dari program berkelanjutan Huawei yang fokus pada pengembangan kompetensi SDM Digital Indonesia yang telah dimulai sejak lebih dari 21 tahun lalu.

Untuk optimalisasi program ini, kata dia, Huawei Indonesia menyediakan fasilitas dengan teknologi terkini serta pengajar berkompetensi dunia bagi para guru kejuruan SMK peserta pelatihan ini.

"Kami optimistis, program pelatihan ini akan mengakselerasi misi kami turut berkontribusi dalam menyetak 100 ribu SDM Digital berkompetensi dalam kurun waktu 5 tahun," kata dia.

Diketahui, Huawei ASEAN Academy Engineering Institute Jakarta merupakan akademi Huawei dengan fasilitas terlengkap di Asia Pasifik.

Huawei ASEAN Academy Engineering Institute Jakarta memiliki lebih dari 100 pelatih, lebih dari 3.000 kursus pelatihan, dan lebih dari 100 mirroring environment yang dilengkapi dengan laboratorium, ruangan kelas, tempat pelatihan, serta fasilitas-fasilitas lain seperti tempat untuk belajar instalasi perangkat dan pekerjaan lapangan.

“Kami membuka pintu selebar-lebarnya kepada penyelenggara pendidikan vokasional untuk belajar tentang perkembangan teknologi termutakhir di Huawei ASEAN Academy Engineering Institute Jakarta,” ujar Jacky.

Baca juga: Kegiatan pengembangan SDM cakap digital mendesak untuk digelar

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto mengatakan pendidikan vokasi merupakan bagian penting dari sistem pendidikan nasional yang memiliki posisi strategis untuk mewujudkan sumber daya manusia dan tenaga kerja yang berkualitas.

Menurut dia, paradigma pendidikan vokasi dengan industri harus berubah. SMK tidak menyiapkan lulusan sendirian dan industri tidak sebagai penerima lulusan saja, tetapi diharapkan keduanya dapat bersinergi secara aktif sejak awal proses pembelajaran untuk mempersiapkan lulusan vokasi agar memiliki kompetensi kemampuan sesuai kebutuhan dunia kerja.

Dia mengatakan guru sebagai garda terdepan dalam kemajuan pendidikan vokasi perlu meningkatkan kompetensi, terlebih perkembangan teknologi yang pesat menuntut guru untuk bisa adaptif terhadap perubahan serta memiliki kreatifitas dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik.

"Pelatihan ini sebagai bentuk upskilling dan reskilling guru SMK, dan diharapkan pengetahuan yang sudah didapatkan oleh para guru dapat ditransfer kepada para peserta didik di sekolahnya masing-masing sehingga mereka mendapatkan kompetensi yang dibutuhkan saat bekerja kelak," kata dia.

Wikan menambahkan bahwa melalui pelatihan ini para guru akan dibekali beragam pengetahuan tentang teknologi terbarukan serta studi kasus dari Huawei yang akan membantu dunia pendidikan memahami kebutuhan nyata industri beserta kualifikasi SDM yang dibutuhkan.

Selain itu, pelatihan ini juga akan meningkatkan kompetensi sekolah vokasi beserta para peserta didik. Wikan mengatakan pelatihan tersebut sejalan dengan fokus Pemerintah menuju Indonesia maju dan pengembangan SDM unggul.

"Sinergi dunia pendidikan dengan industri diharapkan dapat mengakselerasi kualitas sumber daya manusia nasional dan sekaligus meningkatkan daya saing industri," ujar Wikan.

Baca juga: Huawei gelar Developer Day 2021 beri dukungan bagi mitra di Indonesia

Baca juga: Ekosistem perdagangan digital inklusif perlu diperkuat di ASEAN

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021