Surabaya (ANTARA News) - Gunung Bromo dinilai sejumlah pengamat tetap menjadi urat nadi dunia pariwisata Jawa Timur karena menarik banyak perhatian wisatawan, baik domestik maupun internasional.

"Pesona Gunung Bromo tak akan padam begitu saja," kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Indonesia (ASITA) Jatim, Haryono Gondosoewito, di Surabaya, Minggu.

Menurut dia, sampai sekarang keindahan Gunung Bromo bisa menyumbang sekitar 20 persen dari keseluruhan wisatawan yangberkunjung ke provinsi ini.

"Akibatnya, ramai dan sepinya angka kunjungan ke Gunung Bromo pasti berpengaruh besar terhadap total jumlah wisatawan ke Jatim," ujarnya.

Terkait kunjungan di sejumlah Objek Daerah Tujuan Wisata di Jawa Timur, ia menyebutkan, kontribusi terbesar atau mencapai 80 persen adalah wisatawan domestik dan sisa 20 persennya merupakan wisatawan mancanegara.

"Objek wisata yang paling banyak diminati wisatawan adalah wisata bernuansa alam seperti yang berlokasi di Probolinggo, Batu, Malang, dan Lamongan," katanya.

Di sisi lain, Ketua Dewan Pariwisata Indonesia Jatim, Yusak Anshori, membenarkan, erupsi Gunung Bromo yang masih berlangsung dan sempat membuat tiga maskapai penerbangan Malang-Jakarta dan Jakarta-Malang memindahkan rute penerbangan ke Surabaya tetap
menjadi daya tarik wisata.

"Bahkan dari sekian banyak objek dan daya tarik wisata (ODTW) di Jawa Timur, Bromo dipastikan tetap menjadi primadona pada masa libur panjang Natal 2010 dan Tahun Baru 2011," katanya.

Masih besarnya minat pasar pariwisata ke Bromo, karena erupsi gunung tersebut berbeda dengan Gunung Merapi.

"Erupsi Bromo kadang terlihat berwarna biru muda atau merah. Peralihan warna itu membuat wisatawan domestik dan mancanegara penasaran," katanya.

Kondisi itu, tambah dia, kian memberanikan Dewan Pariwisata Indonesia Jatim menargetkan angka kunjungan wisatawanyang datang ke Jatim selama 2010 ini meningkat sekitar 12 persen dibandingkan tahun lalu.

"Kalau wisata belanja, sejumlah mal di Surabaya menjadi tempatnya tetapi kontribusinya ke sektor pariwisata tidaklah besar," katanya. (ANT-071/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010