untuk mulai berpikir serius tentang apa yang akan kita lakukan dengan iptek nuklir di negara ini di masa depan
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan melakukan revitalisasi dan peningkatan infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nuklir secara signifikan untuk menciptakan ekosistem riset yang berstandar global.

"Saya berkomitmen untuk mendukung iptek nuklir di Indonesia tapi kita harus melakukannya dengan benar dan tepat mengikuti standar global dan praktik-praktik terbaik," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam The 4th International Conference on Nuclear Energy Technologies and Sciences secara virtual di Jakarta, Rabu.

Hingga saat ini, Indonesia memiliki tiga reaktor riset yang tetap beroperasi dengan baik, yakni Reaktor TRIGA 2000 di Bandung, Reaktor Kartini di Yogyakarta, dan Reaktor G.A. Siwabessy di Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

Pada kesempatan itu, Handoko mengundang berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk memperkuat dan memberikan pemikiran bagi rencana revitalisasi dan peningkatan infrastruktur riset nuklir tersebut dan merancang fasilitas yang akan datang yang memenuhi kebutuhan para pengguna, baik dalam negeri maupun global.

Dalam merancang rencana tersebut, BRIN hendak melibatkan sebanyak mungkin pengguna global potensial untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan mengajak mereka bergabung dalam proyek revitalisasi dan peningkatan kapasitas dan pemanfaatan infrastruktur riset sejak awal.

"Jadi, ini adalah tantangan untuk komunitas nuklir khususnya di Indonesia, beberapa rekan saya di Indonesia, untuk mulai berpikir serius tentang apa yang akan kita lakukan dengan iptek nuklir di negara ini di masa depan," tutur dia.

Baca juga: BRIN bentuk belasan organisasi riset dan ratusan pusat riset

Mantan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu, akan mendukung proposal rencana yang tentunya harus dengan justifikasi yang benar dan terbukti secara ilmiah dengan baik.

Dalam acara tersebut, Handoko menyampaikan beberapa isu tentang fasilitas nuklir di Indonesia seperti pentingnya melaksanakan revitalisasi untuk Reaktor G.A. Siwabessy untuk meningkatkan kapasitasnya atau memperpanjang umur pakai reaktor tersebut.

Terkait dengan fasilitas yang ada di kompleks reaktor di Puspiptek, Serpong, ia menuturkan, mungkin bisa dibangun fasilitas akselerasi untuk implementasi iptek nuklir bagi dunia kesehatan dan fasilitas Good Manufacturing Practices (GMP) baru untuk pengembangan farmasi.

Ia juga mengajak semua pihak untuk berdiskusi terkait dengan dekomisioning atau penonaktifan reaktor nuklir TRIGA, dan perlu tidaknya dilakukan pembongkaran atau dikonversikan menjadi fasilitas lain.

Ia menuturkan ada potensi tinggi Reaktor TRIGA menjadi platform global misalnya untuk studi dekomisioning yang merupakan salah satu bidang yang menantang dalam iptek nuklir, dan tentu saja untuk bisa melakukannya dengan tepat harus melibatkan pihak-pihak yang berkompeten seperti Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency) untuk melakukan penilaian dan memberikan opsi terbaik terkait yang harus dilakukan terhadap Reaktor TRIGA sebelum akhir usia operasional reaktor itu.

"Jadi masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita tuntaskan dan kita harus berpikir dan berdiskusi bersama," kata Handoko.

Ia mendorong semua pihak di Indonesia untuk mempertimbangkan secara lebih serius terkait dengan iptek nuklir dan pengembangannya di Tanah Air.

"Untuk mitra luar negeri, saya mengajak untuk bergabung dan duduk bersama mendiskusikan ide apapun untuk mengembangkan fasilitas nuklir di Indonesia sebagai salah satu platform global untuk riset nuklir di dunia," ujarnya.

Baca juga: BRIN fasilitasi hasil riset vaksin-obat ke industri capai kemandirian
Baca juga: BRIN: Integrasi LPNK dan litbang tidak pengaruhi kerja periset

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021