SMK punya bengkel yang saat ini tujuan utamanya adalah pendidikan. Kita tingkatkan afirmasinya sehingga mereka diberi keleluasaan untuk memproduksi dan menjual
Jakarta (ANTARA) - Direktur Center for Development of Sustainable Region dari Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada Rachmawan Budiarto mengusulkan agar sekolah-sekolah vokasi ikut terlibat dalam pengembangan industri PLTS di dalam negeri.

"SMK punya bengkel yang saat ini tujuan utamanya adalah pendidikan. Kita tingkatkan afirmasinya sehingga mereka diberi keleluasaan untuk memproduksi dan menjual," ujarnya dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Rachmawan menjelaskan sekolah vokasi bisa menyuplai sumber daya manusia yang mumpuni untuk sektor industri dalam bidang energi terbarukan, terutama pembangkit listrik tenaga surya.

Menurutnya, pekerjaan rumah terbesar Indonesia saat ini adalah anggaran swasta maupun APBN yang terbuang untuk operasional dan perawatan. Sinergi vokasi dapat mengurangi beban itu, sekaligus mendorong pengembangan industri lokal.

"Bayangkan simpul ribuan SMK kalau digabungkan dan diintegrasikan dalam supply chain industri energi terbarukan dalam hal ini fotovoltaik akan luar biasa," ujar Rachmawan.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Kementerian ESDM berkomitmen akan memacu pertumbuhan industri PLTS atap agar makin berkontribusi signifikan bagi perkembangan energi hijau di Indonesia.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Dadan Kusdiana mengatakan revisi Peraturan Menteri ESDM tentang pemanfaatan PLTS atap dapat menjawab kebutuhan industri.

Kehadiran industri pendukung PLTS atap akan memperbaiki keekonomian, sehingga membuat biaya pemasangan PLTS atap makin kompetitif.

Saat ini, pemerintah masih membahas terkait kapasitas industri lokal PLTS atap yang dibangun di Indonesia, sehingga bisa memacu pelaku usaha untuk membangun industri penunjang PLTS atap baik laminasi maupun sisi hulu pembuatan sel surya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM hingga Juli 2021, jumlah pengguna PLTS atap mencapai 4.208 pelanggan dengan kapasitas 35,56 megawatt peak.

Pada Januari 2018, jumlah pengguna PLTS atap hanya sebanyak 351 pelanggan dengan begitu pertumbuhan pelanggan PLTS atap selama ini telah mencapai 1.178 persen dalam kurun waktu tiga tahun.Saat ini, terdapat sekitar 26 pabrikan di dalam negeri yang siap memproduksi komponen PLTS dengan kapasitas total sebesar 500 megawatt peak.

Baca juga: IESR: Indonesia perlu benahi pengadaan PLTS skala besar
Baca juga: Bukit Asam siapkan lahan untuk tiga proyek PLTS 300 MW
Baca juga: Pemanfaatan limbah cair sawit jadi listrik bisa reduksi emisi metana

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021