Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menyatakan bahwa karakteristik dan jati diri Indonesia adalah moderat tengah sesuai dengan kesepakatan para pendiri bangsa dalam mewujudkan kemerdekaan.

"Itulah karakteristik jati diri Indonesia, moderat tengah," kata Zulhas, sapaan Zulkifli Hasan, dalam Pidato Kebangsaan Ketua Umum Partai Politik Memperingati 50 Tahun CSIS Indonesia yang digelar secara virtual, Kamis.

Dia menjelaskan pada mulanya ada keinginan pihak tertentu untuk tampil sebagai wajah Indonesia. Namun pada akhirnya semua pihak sepakat untuk melakukan kesepakatan dengan penuh kerendahan hati dan bertemu pada titik tengah untuk mewujudkan kemerdekaan bersama.

Baca juga: Zulkifli: Pandemi ujian tunjukkan Indonesia sebagai bangsa tangguh

Hal itu disampaikan Zulhas sebagai refleksi mendasar dalam rangka menuju Indonesia Emas 2045 untuk kembali kepada cita-cita awal pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berorientasi pada persatuan dan kesatuan.

Berada di tengah menandakan stabilitas dan bisa fokus menyongsong cita-cita Indonesia menjadi negara yang maju, ujarnya.

Wakil Ketua MPR RI itu menyoroti perbedaan justru ditajamkan oleh satu sama lain belakangan ini, ketika pemikiran politik diracuni logika elektoral yang cenderung menghalalkan segala cara, termasuk dengan memecah belah bangsa dengan politik SARA atau politik identitas.

"Perbedaan keimanan kembali disoal, wacana Tionghoa-Pribumi dimunculkan kembali, mayoritas minoritas dibenturkan, aku Pancasila dikonotasikan dengan kamu bukan Pancasila," ujar dia.

Baca juga: PAN gelar upacara bendera secara virtual

Zulhas menceritakan kembali saat Piagam Jakarta yang memuat rumusan Sila Pertama Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, disepakati untuk berubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dia mengatakan bahwa hal tersebut tidak dipahami sebagai kekalahan umat Islam melainkan wujud kerendahan hati para ulama saat itu untuk mewujudkan Indonesia sebagai rumah besar bagi semua pihak.

"Ulama-ulama dengan rendah hati untuk kepentingan yang lebih besar menghapus tujuh kata asal Indonesia Merdeka dan Indonesia Bersatu," ujarnya.

Baca juga: Zulkifli Hasan sampaikan maaf atas tindakan kader PAN

Indonesia, lanjut dua, telah memiliki landasan yang kokoh untuk mengiringi perjalanan bangsa dalam seratus, dua ratus, dan bahkan ribuan tahun ke depan.

Menurutnya, jika bangsa Indonesia konsisten dan memegang teguh gagasan Indonesia yang bersatu, berdaulat, berorientasi kemakmuran, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia maka impian untuk menjadi negara besar dengan prestasi gemilang akan terwujud.

Pewarta: Muhammad Jasuma Fadholi
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021