Jakarta (ANTARA News) - Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Bambang Wibawarta menampilkan sejumlah lukisan pusaran warna dan garis-garis membentuk lingkaran geometris dalam pameran di Museum Nasional, 6-12 November.

"Hal pertama yang menyerap indera visual adalah sapuan pusaran warna dan garis yang membentuk bagian tertentu yang kosong. Tapi menariknya bentuk bulat itu terbuka kemungkinan membentuk lingkaran geometris," kata Bambang dalam siaran pers yang diterima ANTARA, di Jakarta, Kamis.

Menurut Bambang, tidak ada wujud-wujud geometris yang sesungguhnya tapi yang ada hanyalah garis-garis yang berpendar, meluas dalam wujud spiral lingkaran-lingkaran yang makin meluas pula, hingga kemudian makin menghablur dalam kekelaman yang hening.

Sepertinya lingkar-lingkar spiral tersebut bertujuan untuk menyiratkan "ketakterhinggaan", yaitu merupakan wujud simbol pada tahap paling dini, layaknya sebagai arketip.

Bambang telah menerbitkan beberapa karya musik, sebelum kemudian beralih ke seni rupa pertengahan 2000-an.

"Setiap notasi dan bunyi musik mencerminkan suatu situasi tertentu, demikian pula dengan warna. Masing-masing bidang warna mengandung melodi di dalamnya dan melodi itu tak mesti berulang, sebaliknya harus dinamis," katanya.

Sang spiral, yaitu bentuk-bentuk lingkar yang setengah repetitif itu, yang terus meluas dan melebar, menurut dia, sejatinya merupakan hakikat segala bentuk kehidupan, termasuk seni rupa dan seni musik.

Di dalamnya, terefleksikan suatu citraan akan diri manusia, suatu kedalaman yang bersifat spirit akan ketuhanan, atau suatu gambaran akan jagat raya, sekaligus merujuk segala hal.
(A025/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010