Jakarta (ANTARA) - Akademisi sekaligus Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Fattahul Muluk Papua Prof Idrus Alhamid mengatakan toleransi berbasis kearifan lokal di Tanah Papua sudah baik.

"Perjumpaan agama-agama di Papua selama ini melahirkan keharmonisan, kebersamaan, dan toleransi yang cukup baik," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan dengan memahami topografi masyarakat Papua yang tinggal di wilayah pesisir, rawa, lereng gunung, dan pegunungan hal itu melahirkan kearifan lokal masing-masing dan mampu membangun kehidupan yang penuh toleransi.

Baca juga: Ketua MPR tegaskan tak boleh ada toleransi bagi pelaku teror di Papua

"Keberadaan agama justru menjadi bagian yang tidak menjadi pembeda," ujar tokoh agama di Bumi Cenderawasih tersebut.

Bahkan, kata dia, dalam beberapa kesempatan, kegiatan keagamaan dijadikan sebagai agenda bersama meskipun dengan latar belakang agama yang berbeda.

Meskipun terkadang terjadi gesekan antara masyarakat adat dan metropolis, pribumi dengan perantau, dan politisasi identitas, namun Idrus Alhamid telah merintis pencanangan zona integritas kerukunan umat beragama dan melakukan penguatan toleransi berbasis kearifan lokal.

"Yang terpenting jangan menyakiti jika tidak ingin disakiti," ujarnya.

Baca juga: Menjaga tanah Papua penuh damai

Senada dengan itu, tokoh agama di Papua, Safar Furuada mengatakan secara umum hubungan toleransi di Papua sudah cukup baik yang tercermin dalam kehidupan sosial, antarsuku, agama, dan golongan.

Sebagai contoh, jika umat Muslim membangun masjid dan dibantu masyarakat non-Muslim, maka hal tersebut sudah lumrah terjadi.

"Bahkan, kadang-kadang mereka tersinggung kalau hajat mendirikan bangunan mereka tidak diundang," kata dia.

Baca juga: Bicara kerukunan beragama, staf Kemenag Aceh diundang ke Papua Barat

Sebab, katanya, masyarakat di Papua sudah merasa satu persaudaraan sebagaimana semboyan "satu tungku tiga batu" yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Papua.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021