Banjarmasin (ANTARA) - Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D mengatakan menurunkan mobilitas generasi milenial jadi langkah penting saat ini guna mencegah ledakan penyebaran COVID-19.

"Generasi milenial atau gen Y perlu di-treatment secara khusus untuk menurunkan mobilitas penduduk, karena kelompok masyarakat inilah paling besar persentasenya terpapar COVID-19 selama ini," terang dia di Banjarmasin, Rabu.

Taqin mengutip data NAR dari Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan, sejak pandemi hingga Mei 2021 generasi milenial yang pada saat ini berumur antara 25 sampai 40 tahun adalah kelompok masyarakat yang paling besar mengalami kasus infeksi COVID-19 di mana jumlahnya mencapai 35,8 persen dari total kasus di provinsi itu.

Peringkat kedua dan ketiga Gen X (41-56 tahun) dan Gen Z (9-24 tahun) masing-masing sebesar 26,8 persen dan 19,0 persen dari total kasus. Gabungan kasus dari ketiga kelompok generasi ini mencapai 81,7 persen.

"Artinya untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 dan potensi penularan varian Delta, ketiga kelompok inilah jadi fokus menurunkan mobilitas penduduk terutama generasi milenial yang selama ini paling rendah tingkat disiplin protokol kesehatan dan cenderung mengabaikan pandemi," paparnya.

Untuk mencapai keberhasilan, menurut Taqin pendekatan terhadap ketiga kelompok generasi tersebut tidak sama karena perbedaan kematangan berpikir serta perbedaan tingkat dan jenis aktivitasnya.

Ia yakin dengan menekan penularan pada kelompok milenial sangat membantu mencegah cepatnya transmisi penyebaran COVID-19 khususnya setelah ada varian Delta di sejumlah daerah. 

Ditegaskan Taqin, pengendalian mobilitas penduduk, protokol kesehatan yang ketat dan pelipatgandaan jumlah testing dan tracing di atas standar WHO adalah upaya penting mematahkan tingginya laju penularan varian Delta khususnya pada generasi milenial, Gen X dan Gen Z.

"Dengan mencegah penularan dan mempercepat laju vaksinasi Gen X serta kelompok lansia maka potensi ledakan kasus kematian akibat invasi varian Delta dapat dicegah," tandasnya.

Diketahui invasi varian Delta B.1617.2 dari India menjadi pusat kekhawatiran dunia pada saat ini. Betapa tidak di tengah melandainya kasus COVID-19 di Eropa dan Amerika, varian ini datang dan mengangkat kembali gelombang pandemi dengan kecepatan 60 persen lebih tinggi dari varian apha asal Inggris dan menyebabkan jumlah penderita yang membutuhkan layanan rumah sakit meningkat dua kali lipat.

Di Indonesia, varian Delta sudah terlacak di berbagai wilayah dan diduga kuat sebagai aktor yang menjadi penyebab tingginya kasus nasional dalam dua minggu terakhir. Hingga 29 Juni, jumlah kasus kumulatif nasional merambat sebanyak 2.156.465 orang dengan 58.024 kasus kematian.

 

Pewarta: Firman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021