jangan lelah untuk belajar
Jakarta (ANTARA) -



Siapa saja yang pernah melewati jalur Pantura (Pantai Utara Jawa) pasti familiar dengan daerah Brebes, Jawa Tengah, yang terkenal dengan panganan khasnya yakni telur asin.

Namun siapa sangka, di tangan seorang Yudia Ningrum, salah satu penerima manfaat dari Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial dari Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, telur asin bisa berubah menjadi kerupuk telur asin.

Kerupuk tersebut lah yang membuatnya mengentaskan diri dari kemiskinan sebagai wirausahawan dan graduasi dari PKH di tahun 2020.

Ibu Ayu, sapaannya, telah mengikuti program PKH dari tahun 2014.

"Awalnya saya minus, enggak punya produk apa-apa, tetapi saya ikut FDS (family develompment session) dari PKH," ujar Ayu.

FDS sendiri merupakan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga yang digagas Kementerian Sosial, dan disebarluaskan melalui pendamping PKH.

Ayu sendiri sangat bangga memperkenalkan produk kerupuk telur asinnya. Pasalnya, di Brebes sendiri banyak produk kerupuk telur asin serupa, namun hanya produk Ayu yang dapat dinikmati seperti makanan ringan.

"Ini mempunyai ciri khas sendiri dengan bentuk kecil-kecil sekali makan, bisa menikmati telur dan kuningnya. Ini juga bebas MSG," ujar dia.

Dia mengatakan saat ini produknya dipasarkan secara daring. Penjualan paling banyak ada dari Pekanbaru, Palembang, dan yang terjauh ada pesanan dari Hongkong. "Di Hongkong ada teman yang membawa,” ujar dia.

Omzet penjualan kerupuk telur asinnya itu tak main-main, karena bisa tembus Rp1 juta per hari.

Dia pun berterima kasih atas bantuan pendamping PKH, Faizun, yang membimbingnya menjadi wirausahawan seperti sekarang.

Baca juga: TKN: PKH sukses turunkan angka kemiskinan
Baca juga: Penerima PKH mengaku meningkat kesejahteraanya


Wirausaha

Seperti halnya seorang pendamping PKH, Faizun pun kerap kali membakar semangat ibu-ibu di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes untuk beriwirausaha agar sejahtera.

"Ibu Ayu ini awalnya masuk 2014, ketika ada FDS tahun 2017 saya mengisi sesi ekonomi dan mengimbau ibu-ibu, ‘Ayo kita sambil mikir bagaimana mensejahterakan ibu-ibu,’ dengan cara berwirausaha,” kata dia.

Namun Faizun melihat perbedaan dari Ayu yang giat mengembangkan usahanya mulai dari membuat produk kerupuk bawang hingga kerupuk telur.

"Ibu Ayu belajar dari Youtube cara membuat kerupuk telur, tapi belum ketemu produk kerupuk telur asin," ujar dia.

Seiring berkembangnya waktu, Ayu mulai bisa mengembangkan produk kerupuk telur asin, kerupuk bawang merah hingga kerupuk seblak yang akhirnya sukses di pasaran.

Dari program-program PKH, Faizun mengatakan Ayu mengikuti banyak pelatihan sehingga menunjang usahanya.

Tangkapan layar kanal Youtube AMC Edu Channels, Yudia Ningrum, salah satu penerima manfaat dari Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial dari Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes menunjukkan kerupuk telur asin buatannya. ANTARA/Devi Nindy




Graduasi PKH

Dari program PKH, Ayu sukses dan mengikuti graduasi PKH pada 13 Agustus 2020. Hal itu dia dapatkan, setelah dinyatakan sudah mandiri.

Ayu mengatakan tak ada yang tak mungkin jika keluarga penerima manfaat (KPM) bisa memanfaatkan PKH dengan baik serta menggali potensi diri.

"Buat yang menjadi anggota PKH dan aktif, intinya gali terus potensi diri, kembangkan itu dan jangan lelah untuk belajar," ujar Ayu.

Dia berharap pada penerima PKH lainnya untuk terus meningkatkan kemampuan diri, dan produksi barang mereka.

"Syukur-syukur bisa meningkat," kata dia.

Baca juga: Tasni, penerima bansos sukses usaha minyak nilam
Baca juga: Menko PMK: PKH bansos paling efektif entaskan kemiskinan


Fintech

Ayu merupakan salah satu penerima manfaat PKH yang terbilang tepat sasaran dan berhasil. Namun bagaimana dengan penerima manfaat yang lain? Apakah mereka bisa mendapatkan hasil yang sama seperti Ayu?

Di zaman serba cepat ini, tidak mungkin menunggu seperti Ayu-Ayu lainnya yang berjuang dari 2014 hingga 2020. Sehingga penyaluran bantuan sosial kini diperlukan kecepatan dan tepat sasaran agar lebih banyak mengentaskan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari kemiskinan.

Diakui Menteri Sosial Tri Rismaharini, penerimaan PKH sendiri pada awalnya melalui bank Himbara, sehingga ada kemungkinan cara tersebut masih memberatkan para penerima manfaat dan tidak dapat diawasi dengan maksimal.

Oleh karena itu, Kementerian Sosial tak mau kalah dengan membuat inovasi penyaluran bantuan sosial melalui teknologi finansial atau fintech guna mempermudah salurkan bantuan sosial dan upaya pengawasan serta pengendalian.

"Sesuai Perpres bansos melalui Himbara, namun seiring perkembangan tidak mungkin lagi manual tanpa bantuan teknologi," ujarnya.

Risma mengatakan proses penyaluran yang masih terbilang manual tersebut sangat kurang untuk pengawasan dan pengendalian program, dan terkadang menjadi tidak tepat sasaran.

Selanjutnya dia mengatakan, fintech telah hampir digunakan di seluruh dunia dalam penyaluran bantuan sosial.

"Kami welcome dengan fintech yang saat ini hampir di seluruh dunia digunakan keuangan yang berbasis digital tersebut,” kata dia.

Kelebihannya, selain lebih cepat dan akurat, juga lebih efektif dan efisien terutama dalam pengendalian, kontrol dan pengawasan.

Pada awal ditunjuk menjadi Menteri Sosial (Mensos), Presiden menunjukkan hasil survei kedua tentang pemanfaatan bansos oleh para penerima, kata Risma. Kemudian hasil survei kedua dengan menggunakan fintech dapat mendeteksi penerima manfaat yang membelanjakan bansos di luar ketentuan.

"Misalnya, jika di software tidak ada jual rokok maka tak seorang pun bisa membeli rokok. Artinya, untuk pengendalian dan pengawasan lebih mudah dilakukan, ” kata dia.

Untuk penyaluran bansos dengan menggunakan fintech, Kemensos akan menggandeng Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Implementasi fintech itu akan secepatnya kami lakukan dan semoga bisa launching pada tanggal 17 Agustus ini, ” ujar dia.

Baca juga: 10.160 keluarga miskin di Jawa Barat lulus dari PKH selama 2020
Baca juga: Lebih sejuta KPM PKH graduasi pada 2020




Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021