Dolar AS dan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS kembali menguat setelah terkoreksi kemari
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat, meski masih dibayangi oleh sikap hawkish atau ketat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed).

Pada pukul 10.17 WIB kurs rupiah menguat 14 poin atau 0,1 persen ke posisi Rp14.414 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.428 per dolar AS.

"Dolar AS dan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS kembali menguat setelah terkoreksi kemarin," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.

Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 91,946, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 91,899.

Baca juga: Rupiah Selasa pagi menguat 23 poin

Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,492 persen, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,485 persen.

Pada Senin (21/6) kemarin, dolar AS melemah terhadap berbagai mata uang utama, namun secara luas masih mempertahankan sebagian besar penguatan yang dibukukan pada pekan lalu setelah sikap yang cenderung ketat atau hawkish dari The Fed.

Indeks dolar AS kehilangan momentumnya setelah menguat sekitar 1,9 persen pada pekan lalu, terbesar sejak Maret 2020, karena The Fed mensinyalkan akan mengakhiri pelonggaran kebijakan moneter ultra longgar yang lebih cepat dari perkiraan.

Perubahan sikap hawkish The Fed itu telah membebani pasar meskipun sentimen aset berisiko agak membaik pada awal pekan.

Pada Senin (21/6) lalu, rupiah ditutup melemah 53 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp14.428 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.375 per dolar AS.

Baca juga: Dolar tergelincir dari tertinggi dua bulan, Bitcoin merosot
 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021