JAKARTA (ANTARA) - Pengamat ekonomi Center of Reform of Economics (Core) Yusuf Rendi Manilet menilai surplus neraca perdagangan RI selama 2021 berdampak positif pada penerimaan negara.

Yusuf mengatakan meski kontribusi surplus perdagangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tidak sebesar kontribusi dari konsumsi rumah tangga, namun surplus neraca perdagangan cukup berdampak baik dalam mendorong pertumbuhan penerimaan negara.

“Meskipun kontribusi ke perekonomiannya masih relatif kecil tetapi perbaikan surplus perdagangan ini secara tidak langsung berdampak positif terhadap beberapa pos pada penerimaan negara,” kata Yusuf kepada Antara di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Mendag: Neraca perdagangan Maret indikasikan pertumbuhan ekonomi sehat

Ia mengungkapkan bahwa pos penerimaan negara seperti penerimaan negara bea keluar dan penerimaan negara bukan pajak seperti non migas mengalami pertumbuhan pada beberapa bulan terakhir.

Faktor yang menyebabkan terjadinya surplus perekonomian tanah air selama tiga bulan terakhir, lanjut dia, adalah perbaikan perekonomian global dan perbaikan harga komoditas yang mendorong perbaikan eskpor dalam negeri meningkat.

“China salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, sehingga perbaikan perekonomian China akhirnya bermuara terhadap neraca dagang kita khususnya perbaikan ekspor di dalam negeri,” ungkapnya.

Baca juga: DJP dan KPK kerja sama optimalisasi penerimaan negara

Begitu juga dengan perbaikan harga komoditas-komoditas seperti batu bara, CPO, dan tembaga yang kebetulan merupakan komoditas ekspor unggulan Indonesia.

“Kalau kita lihat ekspor memang tak terlepas dari kedua faktor tadi, tidak hanya produk eskpor komoditas seprti batu bara, tetapi kalau kita lihat datanya permintaan ekspor untuk produk industri juga mengalami peningkatan,” jelas Yusuf.

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada Maret 2021. Nilai ekspor pada Maret sebesar 18,35 miliar dolar AS, melebihi nilai ekspor tertinggi pada Agustus 2011 yang kala itu mencapai 18,64 milair dolar AS. Sedangkan impor pada Maret sebesar 16,79 miliar dolar AS, naik 26,55 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sehingga selama Maret surplus neraca perdagangan RI mencapai 1,57 miliar dolar AS.

Kepala BPS Suhariyanto menyebut surplus ini merupakan yang ketiga kalinya dalam tahun 2021 dan lebih baik dibandingkan Maret 2020 maupun 2019 yang hanya mencapai 0,7 miliar dolar AS. Ia mengatakan sepanjang kuartal I, surplus perdagangan Indonesia mencapai 5,52 miliar dolar as dengan capaian ekspor naik sebesar 17,11 persen dan impor naik 10,76 persen.

“Indikator ekspor-impor ini menunjukkan industri manufaktur mulai bergerak, investasi bergerak, dan mudah-mudahan tahun 2021 ekonomi Indonesia akan pulih,” kata Suhariyanto.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021