Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo mendorong negara-negara anggota Kelompok D-8 Negara Berkembang atau Developing Eight (D-8) untuk mengambil peran penting dalam upaya untuk membebaskan dunia dari pandemi COVID-19 dan pemulihan, salah satunya melalui penguatan kapasitas produksi vaksin.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8 yang dipantau dari Jakarta, Kamis, Presiden Jokowi menyoroti adanya peningkatan nasionalisme vaksin di tengah upaya untuk mempromosikan akses terhadap vaksin yang setara dan terjangkau bagi semua negara di dunia.

Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali menghadiri puncak rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-10 Developing Eight (D-8) secara virtual dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (8/4/2021). ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden/Lukas/aa. 
“Ini artinya dunia harus dapat meningkatkan kapasitas produksi. Tak boleh ada pembatasan terhadap produksi dan distribusi vaksin. Di sinilah D-8 dapat memainkan peran dengan menawarkan kapasitas produksinya,” papar Presiden di hadapan para pemimpin negara-negara anggota D-8 yang mencakup Iran, Bangladesh, Nigeria, Malaysia, Pakistan, Indonesia, Turki, dan Mesir.

Menurutnya, D-8 dapat meningkatkan produksi vaksin guna mempromosikan akses terhadap vaksin yang setara dan mendorong transfer teknologi.

“Beberapa dari kita, termasuk Indonesia, tengah mengembangkan vaksin kita sendiri dan D-8 harus terbuka untuk kerja sama pengembangan dan produksi vaksin di masa depan,” tegasnya.

Selain terkait kapasitas produksi vaksin, Jokowi juga mendorong peran kelompok tersebut dalam upaya pemulihan ekonomi global, mengingat D-8 memiliki potensi perdagangan intra-regional sebesar lebih dari 1,5 miliar dolar AS.

“Fasilitas perdagangan intra-regional dalam lingkup D-8 perlu untuk didorong, hambatan perdagangan harus dikurangi. Memperkuat perdagangan intra-regional antara negara-negara anggota D-8 adalah kunci dan ini akan menjadi mesin dalam pembangunan ekonomi,” lanjutnya.

Pengembangan teknologi digital, digitalisasi, artificial intelligence, computing power, big data dan analitik juga diangkat sebagai sektor yang perlu dikembangkan.

Dia mengatakan bahwa teknologi telah melahirkan berbagai dobrakan dan D-8 perlu menggunakan teknologi demi kesejahteraan masyarakat, mengingat sektor tersebut mengisi gambaran ekonomi di masa depan.

Hal tersebut sejalan dengan tema KTT D-8 yang ke-10 tahun ini, yakni “Kemitraan untuk Dunia yang Transformatif: Memanfaatkan Kekuatan Generasi Muda dan Teknologi”, yang menyoroti pentingnya kesiapan generasi muda D-8 untuk memanfaatkan Revolusi Industri ke-4 dan untuk beradaptasi terhadap dunia Informasi dan Teknologi Komunikasi yang terus berubah.

Adapun Presiden menekankan pentingnya berinvestasi terhadap generasi muda, di mana keuntungan demografi D-8 beradab pada angka 333 juta anak muda atau sekitar 27,3 persen dari total populasi.

“Ini jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah anak muda di negara-negara G7 yakni sekitar 135 juta atau sekitar 17,3 persen dari total populasi mereka,” ujarnya.

Menurut dia, negara-negara D-8 perlu terus mendorong inovasi dan mendukung industri usaha rintisan atau start-up.

“Kita juga harus memanfaatkan keunggulan yang kita miliki sebagai negara-negara dengan mayoritas Muslim. Industri start-up berbasis Syariah harus dikembangkan,” kata Presiden.
Baca juga: Menlu: D-8 harus berkontribusi untuk kesejahteraan rakyat
Baca juga: Menlu akan dampingi Wapres Kalla hadiri KTT D-8


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Suharto
Copyright © ANTARA 2021