bakteri itu tidak terlalu cepat mutasinya kalau virus itu mutasinya sangat cepat
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan mutasi virus corona penyebab COVID-19 menjadi tantangan dalam pengembangan Vaksin Merah Putih.

"Iya itu selalu, vaksin apapun itu selalu begitu, apalagi virus mutasinya lebih cepat kalau bakteri-bakteri itu tidak terlalu cepat mutasinya kalau virus itu mutasinya sangat cepat," kata Kepala Lembaga Eijkman Amin Soebandrio dihubungi di Jakarta, Rabu.

Eijkman mengembangkan Vaksin Merah Putih dengan platform subunit protein rekombinan.

Baca juga: Guru Besar UI sebut E484K mutasi baru, bukan varian baru

Amin menuturkan, pihaknya selalu mengumpulkan informasi terkini tentang mutasi-mutasi terbaru dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Menurut Amin, pengembangan vaksin dan surveilans molekuler merupakan satu paket kegiatan di Eijkman.

Baca juga: Kemenkes: Temuan E484K di Jakarta jadi kasus pertama Indonesia

"Kami sudah punya teknologinya untuk melakukan surveilans walaupun tidak semasif sekarang," tuturnya.

Amin mengatakan dalam mengembangkan vaksin, ada dua hal yang perlu dikembangkan yakni surveilans molekuler untuk memastikan bahwa vaksinnya efektif untuk mengeliminasi virus yang bersirkulasi saat ini, sehingga harus dipantau terus, dan mengembangkan teknologi untuk mengukur kekebalan tubuh.

Baca juga: LIPI sebut mutasi N439K sebabkan virus dapat menghindari antibodi

Dengan mengukur kadar antibodi maka dapat dipantau apakah vaksin berhasil menciptakan imunitas dalam tubuh.

Saat ini sudah terjadi beberapa mutasi pada virus corona penyebab COVID-19 namun belum sampai berdampak signifikan dan mengganggu kinerja vaksin seperti varian baru Corona penyebab COVID-19 asal Inggris (B 117), Afrika Selatan (B.1.351) dan Brasil (B.1.1.28).

Baca juga: Tetap waspada mutasi virus penyebab COVID-19

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021