dengan cara biasa seperti sekarang, pedesaan itu tidak pernah optimal membangun Indonesia
Jakarta (ANTARA) - IPB University merekomendasikan paradigma atau strategi baru dalam pembangunan desa agar dapat membantu membangkitkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari pedesaan, terutama di tengah pandemi COVID-19.

"Ke depan kita harus punya paradigma yang baru. Karena kalau dengan cara biasa seperti sekarang, pedesaan itu tidak pernah optimal membangun Indonesia," kata Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IPB University Dr. Ernan Rustiadi,  M. Agr dalam Dialog Strategis IPB bertajuk Membangkitkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dari Pedesaan secara virtual diikuti di Jakarta, Senin.

Di tengah pandemi COVID-19 yang melemahkan banyak sendi kehidupan masyarakat saat ini, upaya membangkitkan kembali perekonomian perlu dilakukan secara lebih terarah sehingga capaian yang dihasilkan bisa lebih optimal dan tepat sasaran.

Baca juga: Peneliti IPB tekankan perlunya basis tipologi dalam pengembangan desa

Oleh karena itu, strategi baru yang lebih terfokus perlu diupayakan sehingga target pembangunan yang diharapkan dapat lebih mudah dicapai. Untuk itu, IPB University merekomendasikan beberapa strategi untuk membantu membangkitkan pertumbuhan ekonomi nasional dari perdesaan, salah satunya dengan mendorong stimulus produktif dan konsumtif.

Pemberian stimulus produktif tersebut tujuannya adalah untuk memperbaiki sistem produksi pada industri yang berbasis pertanian di pedesaan. Sedangkan stimulus konsumtif ditujukan untuk memperkuat daya beli masyarakat dan memutar roda perekonomian.

Selain pemberian stimulus, optimasi peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga penting sebagai agen perekonomian di desa untuk mendorong pemanfaatan stimulus produktif berbasis teknologi.

Baca juga: IPB University: 26 provinsi di Indonesia endemik rabies

Selanjutnya, strategi lain yang direkomendasikan dalam pembangunan pedesaan adalah mendorong konsep agropolitan untuk mengembangkan kawasan pedesaan sebagai sistem keterpaduan sentra produksi pertanian dan sistem permukiman pedesaan, serta pengembangan paradigma pedesaan baru.

Hal itu sesuai konsep pengembangan dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang mengupayakan transformasi dari wilayah pedesaan yang berbasis pada sektor produksi pertanian menjadi berfokus pada kegiatan kewirausahaan atau ekstraksi sumber daya alam yang berbasis pada teknologi.

Selain itu, strategi e-logistic atau logistik berbasis elektronik juga penting sebagai pusat logistik pedesaan, logistik rantai dingin dan ketersediaan konektivitas internet dan listrik di pedesaan, selain perlunya juga mereformulasi Dana Desa, Alokasi Dana Desa (ADD) dan Alokasi Kinerja (AK) dalam Dana Desa untuk mengoptimalkan hasil pengelolaan aset desa dan hasil usaha desa yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes).

IPB University juga mengusulkan perlunya pengembangan Data Desa Presisi untuk lebih mengoptimalkan penyaluran Dana Desa karena sistem Dana Desa yang sekarang, menurut Ernan, kurang optimal.

Baca juga: Aplikasi pendeteksi kerentanan keluarga dikembangkan IPB University

Data Desa Presisi tersebut, katanya, bisa menjadi landasan dalam perencanaan pembangunan, perencanaan bisnis BUMDes, mengenali ancaman bencana hingga menyediakan satu data untuk menghindari polemik data antar sektor.

"Jadi Desa Presisi ini menjadi masa depan kemajuan desa," katanya.

Masih terkait dengan strategi yang direkomendasikan untuk pengembangan desa adalah perlunya mengembangkan area investasi berbasis komunitas sebagai ruang dialog bagi masyarakat, pemerintah, pengusaha dan akademisi agar menemukan titik temu dalam kolaborasi dan sinergi untuk mewujudkan desa berketahanan.

Terakhir, Ernan juga menekankan perlunya sinergi dan koordinasi antar pemangku kepentingan untuk dapat menguatkan ekonomi desa agar tetap berdaya dan mampu menjadi penopang bagi ketahanan ekonomi nasional, khususnya pangan.

Baca juga: Rektor IPB apresiasi prestasi dan karya para pelajar Indonesia

Pewarta: Katriana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021