Manggar, Babel (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menggelar kegiatan jelajah pesona jalur rempah (JPJR), dalam rangka mengangkat potensi sejarah maritim, tradisi bahari dan pengelolaan rempah yang juga budaya lokal yang dikemas sebagai agenda wisata.

"Agenda Pariwisata Kabupaten Belitung Timur ini merupakan salah satu dari 100 events Calendar of Event Wonderful Indonesia 2020," kata Bupati Belitung Timur, Yuslih Ihza saat membuka secara resmi kegiatan Jelajah Pesona Jalur Rempah (JPJR) Tahun 2020 di Gedung Auditorium Zahari MZ di Manggar, Selasa.

Kabupaten Belitung Timur merupakan daerah yang memiliki kekayaan rempah berlimpah dan JPJR ini adalah bentuk perhatian besar pemerintah daerah dalam melestarikan sejarah lokal yang berkaitan dengan sejarah nasional dan dunia.

“Kabupaten ini memiliki sejarah panjang dan kekayaan rempah-rempah sehingga menjadi daya tarik banyak orang di belahan dunia. Melalui kegiatan ini menjadi momentum untuk melihat masa lalu, membangun hari ini dan menata masa depan,” ujarnya.

Baca juga: Pelabuhan kuno hingga geraham, bukti jejak jalur rempah di Bali

Baca juga: Kapal Arka Kinari bertolak dari Banda menuju Pulau Selayar


Dengan digelarnya JPJR menjadi harapan baru bagi semua pihak untuk membangkitkan dan meningkatkan perekonomian di Kabupaten Belitung Timur.

“Saya yakin dan percaya kegiatan ini menjadi muara penting bagi kita semua untuk melestarikan sejarah daerah. Harapan besar juga akan membangkitkan iklim wirausaha dalam menciptakan industri kreatif berbasis rempah yang diharapkan menjadi sektor ekonomi yang potensial bagi masyarakat," ujarnya.

Sementara itu Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur Hasbeni Fahlevi mengatakan rangkaian kegiatan jelajah pesona jalur rempah berlangsung mulai 20 Oktober hingga 8 November 2020 dengan tema besar serba 20.

“Tema JPJR tahun 2020 ini serba 20 yakni pelaksanaan selama 20 hari, 20 jenis rempah, 20 figur warna rempah, 20 masakan rempah, 20 varian rasa aik sepang, 20 obat-obatan rempah, 20 daerah rempah, 20 kuliner rempah. Itu semua merupakan gambaran kayanya kebudayaan Beltim,” kata Hasbeni.

Selama kegiatan tersebut pihaknya melaksanakan secara luring dan daring dan setiap pelaksanaannya ditayangkan melalui YouTube sehingga berbagai informasi dapat diketahui masyarakat secara luas.

“Masa pelaksanaan 20 hari. Kami menyadari pandemi COVID-19 belum berlalu, maka dihadiri dengan peserta terbatas dengan mematuhi protokol kesehatan,” ujarnya.*

Baca juga: Indonesia segera usulkan Jalur Rempah sebagai warisan dunia

Baca juga: Jalur rempah Indonesia disinggahi kapal layar Arka Kinari


Pewarta: Ahmadi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020