Dia tewas dengan spidol di tangannya. Dia tidak akan pernah melepaskannya,
Paris (ANTARA) - Para pembantu penyerangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, Prancis, serta sebuah toko Yahudi mulai menjalani persidangan pada Rabu, lima tahun pascakejadian yang menewaskan total 17 orang korban itu.

Sebanyak 14 tersangka mendapat tuntutan atas pendanaan terorisme, keanggotaan dalam organisasi teroris, dan pemasokan senjata kepada para tiga pelaku langsung penembakan.

Hayat Boumedienne serta Mohamed Belhoucine dan Mehdi Belhoucine adalah tiga tersangka yang menjalani pengadilan in absentia. Ketiganya pergi ke wilayah Suriah beberapa hari sebelum penyerangan 2015, dan mungkin telah tewas.

Proses pengadilan para tersangka akan dijalankan selama sepuluh pekan dan didokumentasikan dalam video secara penuh.

Baca juga: Charlie Hebdo Prancis akan luncurkan edisi berbahasa Jerman
Baca juga: Charlie Hebdo berulah lagi, Vatikan terusik


Pada 7 Januari 2015, Said Kouachi dan Cherif Kouachi melakukan aksi penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo, yang pada 2006 lalu mempublikasikan karikatur Nabi Muhammad--yang mereka sebut sebagai satire terhadap agama.

Serangan tersebut menewaskan 12 orang, termasuk beberapa kartunis terkenal dari majalah tersebut, dan diklaim oleh kelompok teroris al-Qaeda. Chloe Verlhac kehilangan suaminya, Bernard "Tignous" Verlhac, dalam penyerangan itu.

"Dia tewas dengan spidol di tangannya. Dia tidak akan pernah melepaskannya," kata Chloe kepada lembaga penyiaran RTL.

Hari berikutnya, Amedy Coulibaly, rekan Kouachi bersaudara, membunuh seorang petugas polisi perempuan. Kemudian pada 9 Januari 2015, ia menewaskan empat orang laki-laki Yahudi di sebuah toko makanan kosher (sesuai aturan agama Yahudi).

Dalam sebuah video, Coulibaly menyebut aksinya itu dilakukan atas nama IS.

Menurut Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin, lebih dari 250 orang menjadi korban tewas dalam serangan yang mengatasnamakan Islam sejak kejadian tersebut, dan upaya menghalau ancaman semacam itu masih menjadi prioritas pemerintah.

Usai publikasi kartun Nabi Muhammad pada 2006, yang salah satunya menggambarkan Nabi mengenakan serban serupa bom, kelompok al-Qaeda cabang Yaman menempatkan direktur Charlie Hebdo ketika itu dalam "daftar buruan" mereka.

Bagaimanapun, saat ini untuk menandai dimulainya proses pengadilan pembantu penyerangan 2015, Charlie Hebdo kembali memublikasikan ulang karikatur Nabi Muhammad tersebut.

Bagi umat Muslim, penggambaran apa pun atas Nabi Muhammad merupakan suatu penistaan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Majalah Charlie Hebdo terbitkan ulang kartun Nabi Muhammad
Baca juga: Tersangka terkait serangan Charlie Hebdo ditangkap di Djibouti

Penerjemah: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020