Yogyakarta (ANTARA) - Dokter Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Mahatma Sotya Bawono membantah pesan berantai yang menyebutkan bahwa menggunakan masker dapat mengakibatkan keracunan karbondioksida (CO2) dan kekurangan oksigen (O2).

"Belum ada bukti yang mendukung kalau pemakaian masker berefek negatif seperti mengakibatkan keracunan karbondioksida dan kekurangan oksigen," kata Mahatma di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dokter spesialis telinga hidung tenggorokan-bedah kepala leher ini, penggunaan masker aman bagi kesehatan dan telah dibuktikan oleh para tenaga kesehatan.

Bahkan dalam operasi yang berlangsung hingga beberapa jam, belum pernah dijumpai kasus baik dokter maupun tenaga medis lainnya yang mengalami keracunan karbondioksida maupun kekurangan pasokan oksigen hingga linglung atau pingsan akibat sirkulasi udara yang kurang lancar karena terhalang masker.


Baca juga: Brussels wajibkan masker di tempat umum saat kasus COVID-19 meningkat

Baca juga: Jangan gunakan "neck gaiter" untuk gantikan masker


"Kalau sampai ada nakes yang pingsan itu bukan murni karena maskernya. Perlu dilihat juga adanya faktor lain pada individu tersebut, bisa jadi kondisinya lapar dan dehidrasi sehingga tanpa pakai masker pun sudah ada risiko pingsan," kata dia.

Penggunaan masker, kata dia, justru dianjurkan di masa pandemi ini sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19 ketika beraktivitas di luar rumah dan berinteraksi dengan orang lain.

Penelitian menyatakan masker terbukti efektif mengurangi transmisi virus corona yang berukuran nanometer. Namun, begitu masker, termasuk jenis N-95 masih bisa ditembus oksigen dan karbondioksida sehingga tidak mengganggu sirkulasi udara dalam pemakaiannya.

"Masih ada celah untuk udara bertukar. Kalau tidak tembus sama sekali, tiga menit setelah pemakaian masker bisa langsung pingsan," kata dia.

Oleh sebab itu, ia berharap masyarakat tidak khawatir menggunakan masker karena aman bagi kesehatan dan bisa melindungi diri dan orang lain dari penyebaran virus corona. Namun begitu, dia mengimbau masyarakat umum untuk tidak memakai masker N-95 yang diperuntukkan bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien berisiko tinggi.

"Memakai masker N-95 memang kurang nyaman serta melelahkan dan ini memang hanya untuk nakes yang berhubungan langsung dengan pasien COVID-19. Karenanya, masyarakat umum cukup memakai masker kain tiga lapis dengan memperhatikan cara penggunaan dan melepas yang benar," kata dia.

Dokter spesialis paru RSA UGM dr. Siswanto menambahkan pemakaian masker aman bahkan saat berolahraga. Memakai masker saat berolahraga aman bagi kesehatan dan tidak mengganggu fungsi paru-paru.

Menurut dia, dari sisi fisiologis kapasitas paru-paru manusia jauh lebih tinggi hingga 200 kali dari kapasitas jantung dan pembuluh darah.

"Penggunaan masker dapat menurunkan risiko tertular COVID-19 dan tidak ada perbedaan dampak negatif pada fungsi paru maupun parameter metabolik," kata dia.*

Baca juga: Warga mengamuk tak mau bayar denda saat razia masker di Kalideres

Baca juga: BNPB terima bantuan 650 ribu masker kain untuk warga yang membutuhkan


Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020