Televisi masih bisa tumbuh dan masih bisa membesarkan nominal pendapatan
Jakarta (ANTARA) - Emiten PT Global Mediacom Tbk (BMTR) membidik bisnis digitalisasi melalui salah satu aplikasi hiburan over the top (OTT) RCTI+ untuk menopang usaha dan pendapatan korporasi.

"Aplikasi RCTI+ itu pilar utama pertumbuhan pendapatan di masa depan. Tidak mustahil kalau dalam beberapa tahun ke depan RCTI+ bisa memberi kontribusi 10-20 persen dalam komposisi pendapatan kita," kata Direktur PT Global Mediacom David Fernando Audy dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

RCTI+ sendiri merupakan layanan video on-demand dan over-the-top yang diluncurkan pada Agustus 2019 lalu. Aplikasi tersebut memungkinkan pemirsa menikmati secara langsung program tayangan empat televisi milik MNC Group melalui gadget, berikut konten-konten yang leluasa dipilih para pengguna.

RCTI+ diyakini akan menjadi kontributor bagi lompatan pendapatan yang sangat besar untuk MNC Group. Dengan audience share 40 persen atau berkisar 100 juta pemirsa TV yang selama ini menjadi penonton empat TV MNC Group, lanjut David, maka basis itu bisa menjadi potential visitor dari OTT tersebut.

David juga mengatakan iklan TV masih menguasai sekitar 60 persen dari pangsa pasar. Bisnis televisi pun diyakini masih kuat bertumbuh.

"Televisi masih bisa tumbuh dan masih bisa membesarkan nominal pendapatan. Masih sehat dan memberikan EBITDA dan net profit juga masih bagus," ujar David.

Di Global Mediacom, imbuh dia, komposisi pendapatan berasal dari anak usaha yakni PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV).

"Kontribusi dari MNCN 60 persen dan MNC Vision atau MVN 40 persen. Harapannya ke depan MVN bisa lebih besar," katanya.

Adapun sepanjang sisa tahun 2020 ke depan, Global Mediacom optimistis bertumbuh. Salah satu indikator terlihat dari mulai bertambahnya belanja iklan dari para perusahaan barang konsumsi di media-media milik perseroan.

Selain itu, kebijakan yang diambil pemerintah juga dinilai turut merangsang dan efektif mendorong perekonomian secara substansial.

"Seperti program pemulihan ekonomi nasional, kucuran likuiditas kepada bank-bank, dan suku bunga turun. Jadi saya yakin, di kuartal III ini semestinya lebih bagus," ujar David.

Dari sisi kinerja sepanjang 2019, Global Mediacom berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp1,4 triliun. Perolehan tersebut naik 70 persen dari perolehan tahun sebelumnya yang sebesar Rp826,6 miliar.

Tahun lalu, laba tersebut didapat dari pendapatan perseroan yang tumbuh 11 persen atau senilai Rp12,9 triliun dibanding tahun sebelumnya. Adapun, kontribusi terbesar berasal dari digital, non digital advertising dan content.

"Digital naik 167 persen, non digital naik 6 persen, kemudian content naik 15 persen, dan di sini FTA dan konten naik 12 persen. Kemudian, Pay TV dan internet broadband kita naik 12 persen," kata Direktur Global Mediacom Ruby Panjaitan.

Baca juga: Perkuat bisnis digital, Telkom bangun data center skala internasional
Baca juga: Broadway Group tekankan ekonomi digital jawab tantangan bisnis kuliner
Baca juga: Prediksi tren bisnis digital setelah COVID-19

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020