Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo mengajak generasi muda untuk berperan membantu pemerintah dalam mengatasi dampak pandemi COVID-19.

"Peran generasi muda juga sangat penting, baik sebagai generator pembangunan maupun sebagai agen perubahan yang mendorong lahirnya inovasi," kata Bambang Soesatyo (Bamsoet), di Jakarta, Senin.

Terlebih, kata politikus Partai Golkar itu, pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini peran generasi muda menjadi semakin penting, khususnya sebagai sumber daya potensial yang dapat mendukung kinerja pemerintah dalam mengatasi dampak pandemi.

Baca juga: Ketua MPR dorong pemda lebih komitmen tanggulangi penyebaran COVID-19

Hal tersebut disampaikan Bamsoet saat mengisi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kepada pengurus Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) secara virtual dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin.

Pengurus PMKRI yang hadir antara lain Ketua Presidium Benediktus Papa dan Sekjen Tri Natalia Urada.

Bamsoet menekankan bahwa tidak lama lagi, yakni dalam hitungan tujuh hari ke depan bangsa dan negara Indonesia akan memperingati sekaligus merayakan kemerdekaan yang ke-75 tahun.

Menurut dia, usia tiga perempat abad seharusnya cukup mendewasakan sebagai sebuah bangsa dalam mengarungi dinamika dan laju peradaban zaman sehingga peringatan dan perayaan hari kemerdekaan tidak hanya dimaknai sebagai euforia momentum sejarah, melainkan juga harus menjadi sarana kontemplasi dan perenungan yang mendalam, khususnya bagi generasi muda.

Baca juga: Bamsoet: Masyarakat harus saling bantu atasi dampak pandemi COVID-19

"Sejarah bangsa Indonesia telah mencatat kiprah para pemuda Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan, antara lain Bung Tomo, Bung Hatta, Ir Soekarno, Sutan Syahrir, dan tak terhitung lagi banyaknya pemuda yang rela mengorbankan harta, mempertaruhkan nyawa demi mewujudkan satu cita bersama yaitu Indonesia Merdeka," ujar mantan Ketua DPR RI itu.

Bamsoet menilai kemerdekaan yang diraih dengan peluh keringat dan tetes darah para pejuang pahlawan bangsa, bukanlah sebuah tujuan akhir, melainkan sebagai pintu gerbang untuk mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Oleh karena itu, kata dia, diperlukan konsepsi kebangsaan dan kenegaraan, antara lain yang berkaitan dengan dasar falsafah negara, konstitusi negara, bentuk negara, dan wawasan kebangsaan yang sesuai dengan karakter keindonesiaan.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu juga menyoroti modernitas yang menghadirkan tantangan kebangsaan yang muncul dengan berbagai dimensinya, seperti melemahnya rasa toleransi dalam keberagaman, demoralisasi generasi muda bangsa, memudarnya identitas dan karakteristik bangsa, masih tingginya kesenjangan sosial, hingga masalah ancaman kedaulatan negara di tengah cengkeraman hegemoni ekonomi-politik dunia.

Baca juga: Bamsoet ajak bangun karakter anak melalui Empat Pilar MPR RI

"Upaya untuk senantiasa menjaga kebersamaan, persatuan, persaudaraan, harmoni, dan toleransi dalam keberagaman adalah perwujudan terbentuknya kembali jati diri bangsa sebagai fitrah kebangsaan. Dalam spektrum yang lebih luas, upaya kita melawan ancaman kemiskinan, keterbelakangan, kesenjangan, dan berbagai ketertinggalan bangsa adalah juga bentuk perjuangan kembali kepada jati diri bangsa sebagai satu kesatuan tujuan bangsa," kata Bamsoet.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020