Satu bulan menjelang erupsi 2006, deformasi terukur sebesar 130 centimeter dari Pos Kaliurang (sektor selatan), dan 20 centimeter dari Pos Babadan (sektor barat laut)
Yogyakarta (ANTARA) - Deformasi atau perubahan bentuk tubuh Gunung Merapi yang terjadi saat ini, belum mengubah jarak bahaya yang ditetapkan sebelumnya, kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida.

"Rekomendasi jarak bahaya masih sama, yaitu dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi," katanya melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Kamis.

Selain itu, kata dia, potensi ancaman bahaya juga masih sama, yakni berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material akibat erupsi eksplosif.

BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada.

"Hingga hari ini, potensi ancaman bahaya masih di bukaan kawah utama, yaitu di sektor tenggara-selatan (Kali Gendol)," kata dia.

Hanik menjelaskan deformasi berupa penggembungan (inflasi) bentuk Gunung Merapi ditunjukkan dengan adanya pemendekan jarak tunjam dua centimeter dalam kurun satu pekan berdasarkan periode pengamatan 26 Juni-2 Juli 2020.

Baca juga: Candi Borobudur terdampak hujan abu tipis Gunung Merapi

Pemendekan jarak tunjam itu diukur dengan alat pemantau aktivitas gunung api berupa "electronic distance measurement (EDM)" yang dioperasikan setiap hari di 10 titik pengukuran sekeliling Merapi, termasuk dari pos-pos pengamatan.

"Deformasi kurang lebih dua centimeter ini masih kecil dibandingkan dengan deformasi sebelum erupsi tahun 2010," kata dia.

Ia mengatakan jika dihitung sejak 22 Juni hingga 8 Juli 2020, laju deformasi Gunung Merapi kurang lebih 0,5 centimeter per hari.

"Untuk total deformasi sejak tanggal 22 Juni 2020 hingga saat ini sebesar kurang lebih tujuh centimeter," kata Hanik.

Menurut dia, deformasi yang terjadi di tubuh gunung merupakan salah satu tanda adanya magma yang naik ke permukaan.

Namun demikian, ia meminta masyarakat tidak perlu panik karena naik atau keluarnya magma ke permukaan merupakan hal yang biasa terjadi di gunung api aktif.

Ia mengatakan perilaku deformasi Gunung Merapi saat ini lebih mengikuti perilaku deformasi menjelang erupsi 2006.

Demikian juga perilaku erupsi nantinya diperkirakan akan mengikuti perilaku erupsi 2006.

"Satu bulan menjelang erupsi 2006, deformasi terukur sebesar 130 centimeter dari Pos Kaliurang (sektor selatan), dan 20 centimeter dari Pos Babadan (sektor barat laut)," kata Hanik Humaida.

Baca juga: BNPB lakukan koordinasi dengan Bupati Sleman terkait aktivitas Merapi
Baca juga: Kementerian ESDM rekam kronologi letusan Gunung Merapi
Baca juga: Sejumlah truk tambang sempat panik saat erupsi Gunung Merapi

 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020