Harga emas terus mendapat manfaat dari permintaan safe-haven meskipun data makro positif dan ada sentimen pengambilan risiko ...
Chicago (ANTARA) - Harga emas berjangka naik lagi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi), terus bertengger di atas 1.800 dolar AS karena investor memburu aset-aset aman ketika kasus baru Virus Corona melonjak lagi dan bank-bank sentral menggelontorkan stimulus kuat untuk meredam kejatuhan ekonomi.

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, menguat 10,7 dolar AS atau 0,59 persen, menjadi ditutup pada 1.820,60 dolar AS per ounce. Ini adalah harga penutupan tertinggi yang telah dicapai emas dalam hampir sembilan tahun.

Harga emas berjangka juga terangkat 16,4 dolar AS atau 0,91 persen menjadi 1.809,90 dolar AS per ounce pada Selasa (7/7/2020), setelah naik 3,5 dolar AS atau 0,2 persen menjadi 1.793,50 dolar AS per ounce pada Senin (6/7/2020), menyusul penurunan 2,70 dolar AS atau 0,15 persen menjadi 1.787,30 dolar AS per ounce pada akhir pekan lalu.

Baca juga: Emas tembus level 1.800 dolar AS, ketika kasus virus melonjak lagi

"Pilar dukungan utama adalah stimulus fiskal dan moneter, bersama dengan arus masuk ke dalam dana-dana yang didukung emas yang diperdagangkan di bursa dan investasi lainnya," kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger.

"Injeksi likuiditas yang konstan ke pasar terus menjadi faktor positif yang paling menonjol, karena dolar telah melemah dan mendukung harga komoditas, tetapi lebih khusus lagi emas dan perak."

Harga pada awal sesi melonjak ke 1.817,71 dolar AS, level tertinggi sejak 19 September 2011, dan bertahan di bawah puncak sepanjang masa 1.920,30 dolar AS yang mencapai bulan yang sama.

Baca juga: Saham Spanyol berakhir terpuruk lagi, Indeks IBEX 35 jatuh 1,62 persen

Logam kuning telah membukukan kenaikan yang solid tahun ini karena ekonomi global bergulat dengan dampak pandemi, yang telah menginfeksi lebih dari 11,89 juta orang di seluruh dunia.

Emas mendapat dukungan kuat karena investor khawatir tentang dampak inflasi dari berbagai langkah stimulus yang diberlakukan oleh pemerintah di seluruh dunia.

COVID-19 telah mendapatkan momentum dalam beberapa hari terakhir di seluruh Amerika Serikat, India, dan Brazil, memukul ekonomi mereka dan berpotensi memerlukan lebih banyak langkah-langkah stimulus yang pada gilirannya akan menyebabkan inflasi.

Baca juga: Saham Prancis anjlok 2 hari beruntun, Indeks CAC 40 jatuh 1,24 persen

Pembatasan perjalanan untuk mencegah penyebaran virus juga telah menghalangi operator-operator pasar kelabu (grey-market) di konsumen emas terbesar kedua di dunia, India.

"Pertumbuhan permintaan investasi telah lebih dari mengimbangi pelemahan di pasar fisik dan ETF (Exchange Traded Funds) yang didukung secara fisik terus menyesuaikan rekor tertinggi baru," kata Analis Standard Chartered Suki Cooper.

ETF berbasis emas menambah 734 ton ke kepemilikan mereka pada paruh pertama 2020 -- lebih banyak dari tahun penuh sebelumnya, Dewan Emas Dunia mengatakan pada Selasa (7/7/2020).

Baca juga: Saham Inggris merosot lagi, Indeks FTSE 100 jatuh 0,55 persen

"Harga emas terus mendapat manfaat dari permintaan safe-haven meskipun data makro positif dan ada sentimen pengambilan risiko ... pelemahan dolar telah memberikan beberapa dukungan untuk emas tetapi pendorong utama tetap imbal hasil riil," tambah Cooper.

Indeks dolar merosot, sementara saham-saham AS menguat karena para investor menimbang harapan untuk pemulihan ekonomi yang cepat terhadap kekhawatiran tentang kebangkitan pandemi.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 46,2 sen atau 2,47 persen, menjadi ditutup pada 19,161 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 20,8 dolar AS atau 2,41 persen, menjadi menetap di 884 dolar AS per ounce.

Baca juga: Saham Jerman jatuh 2 hari beruntun, Indeks DAX 30 turun 0,97 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020