Surabaya (ANTARA News) - Dosen berprestasi dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Andi Hamim Zaidan, S.Si, M.Si, telah meneliti kegunaan nanotechnology dalam proses penyembuhan penyakit kanker.

"Awalnya, saya tertarik dengan nanotechnology, lalu saya akhirnya tertarik meneliti alat nano partikel yang super mini yakni gold nano particle," katanya di Surabaya, Jumat.

Ditanya tentang bagaimana proses dari alat nano partikel itu mampu menyembuhkan penyakit kanker, dosen muda yang sudah menghasilkan empat jurnal internasional itu mengaku alat yang berukuran hanya 15 nanometer itu didesain mampu menyusup ke dalam tubuh untuk mencari sel kanker.

"Partikel itu nantinya akan mencari sel-sel yang rusak akibat kanker, kemudian dari luar tubuh pasien akan kita sinari dengan sinar laser. Cahaya laser itu akan tertangkap oleh smart sensor yang kita pasang dalam partikel tersebut," katanya.

Setelah itu, panas yang dihasilkan dari penyinaran laser dan tertangkap "smart sensor" itu dimanfaatkan untuk membakar sel kanker yang rusak.

"Cara itu dikenal dengan istilah `thermal therapy` atau termoterapi. Termoterapi itu lazim digunakan pengobatan kanker. Biasanya, pengobatan kanker dengan menggunakan termoterapi itu dilakukan dengan memanaskan jaringan tubuh sampai mencapai 44-45 derajat celsius," katanya.

Hasil riset membuktikan bahwa suhu yang tinggi dapat menghancurkan dan membunuh sel kanker, dengan kerusakan minimal pada jaringan normal.

"Termoterapi itu biasanya juga diterapkan bersama terapi lain, misalnya radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi," katanya.

Dengan merusak protein maupun struktur sel, terapi termal dengan suhu tinggi itu dapat membunuh sel kanker dan memperkecil ukuran tumor.

"Thermal therapy itu saya coba untuk diaplikasikan dalam alat nano partikel yang saya ciptakan," katanya.

Penelitian alat super mini yang sudah berjalan selama dua tahun itu kini memasuki tahapan pembuatan sintesis dan dirinya berencana untuk membuat prototipe-nya.

"Jika sudah lolos dalam uji laboratorium, gold nano particle siap untuk melalui tahapan selanjutnya," kata dosen fisika yang sudah memiliki 20 riset dan dua rencana riset itu.

Dalam membuat cikal bakal alat super mini itu, Zaidan tidak sendirian, namun dirinya menggandeng tim medis untuk melakukan uji coba alat tersebut.

"Saat ini, ada dokter yang tertarik untuk ikut mewujudkan alat itu, bahkan dokter juga bersedia memberikan sel tissue yang terkena kanker yang akan digunakan dalam uji coba nanti," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009