Makassar (ANTARA) - Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Dr Ir Zakir Sabara mengingatkan penanganan yang serius secara kolektif agar angka kasus COVID-19 di Sulsel atau Makassar pada khususnya bisa di bawah 0.1 persen.

"Jadi, ayo kita bergerak bersama. Hentikan berwacana, kita eksekusi, 'backup' baik-baik perawat kemudian kita rencanakan," kata Zakir Sabara dalam keterangannya di Makassar, Sabtu.

Menurut dia, penerapan tatanan normal baru masih sulit dilakukan jika kasus COVID-19 masih terus terjadi. "Kalau melanda ini apa yang harus kita lakukan. Jangan dulu berpikir normal baru, saya tidak setuju," ujarnya.

Baca juga: Penuhi kebutuhan pokok mahasiswa luar provinsi, FTI-UMI bantu sembako

Baca juga: FTI UMI terima donasi kain Spunbond untuk pembuatan baju APD


Pria yang akrab disapa Pa' De ini membeberkan koordinasi yang baik di semua tingkatan pemerintahan dan lembaga relawan sangat dibutuhkan. Tidak boleh lagi ada yang berjalan secara sendiri-sendiri.

"Karena kurvanya naik terus dan langkah-langkah antisipasi kita belum terkoneksi dengan baik, belum satu padu. Bahkan, di koran kita masih melihat perbedaan-perbedaan wacana, perbedaan pendapat, saling menyalahkan antara satu dengan lainnya," tutur Zakir.

Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman menyampaikan jika Pemprov Sulsel masih fokus menekan angka penyebaran COVID-19 sembari melakukan sosialisasi menuju tatanan normal baru sesuai instruksi Presiden Joko Widodo.

Baca juga: FTI UMI beberkan buat "hand sanitizer" murah

Ia mengaku dalam menerapkan tahapan tatanan normal baru, tentunya hanya membolehkan pada wilayah atau zona yang diizinkan oleh Pemerintah Pusat, seperti daerah yang masuk dalam zona hijau dan zona kuning.

Ia menjelaskan apa yang dilakukan Pemprov itu agar ketika Sulsel sudah masuk tahap diizinkan akan memudahkan dalam pelaksanaan.

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020