Jakarta (ANTARA) - Mata Darsiti, warga Jatimakmur Pondok gede Jakarta Timur berkedip-kedip menahan air yang mulai merembes dari kelopaknya.

"Tadinya kerja, sekarang sudah tidak. Sedih saja saya pak," ucap Darsiti sambil mengusap matanya.

Dengan suara bergetar ia mengungkap rasa syukur, di tengah kondisinya saat ini yang tidak lagi berpenghasilan karena pandemi COVID-19, masih mendapatkan secercah harapan dari bantuan pemerintah.

Tangannya bergetar saat mengeluarkan satu per satu isi kantong berwarna merah putih dengan tulisan Bantuan Presiden untuk warga terdampak COVID-19.

Kantong tersebut berisi beras, mie instan, sarden, minyak goreng dan berbagai jenis sembako lainnya.

"Ada ini senang sekali, Pak, saya berterima kasih kepada Pak Menteri dan Presiden mudah-mudahan bisa bermanfaat buat keluarga saya," ujar ibu dua anak itu.

Kebahagiaan juga terpancar dari wajah Sukrisi, perempuan berusia lebih setengah abad yang tinggal di pemukiman pemulung di tengah-tengah perbukitan sampah di Bantar Gebang, Bekasi.

Lengan kurusnya yang legam sontak mendekap Penasihat Dharma Wanita Kementerian Sosial Grace Batubara yang menyambangi kediaman sangat sederhana Sukrisi dan menyerahkan kantong bantuan sembako.

Kediaman Sukrisi dan umumnya warga di pemukiman pemulung itu hanya terbuat dari triplek bekas yang ditambal sisa-sisa papan dan beratap asbes, bau busuk sampah menyeruak disekeliling pemukiman.

Sukrisi mengaku masih bisa mencari barang-barang bekas, namun pendapatannya menurun akibat pandemi karena kesulitan menjual barang rongsokan yang didapatnya.

"Lagi susah, bisa mencari tidak bisa jual. Terima kasih sudah bantu saya untuk makan sehari-hari," kata Sukrisi dengan mata berkaca-kaca.

Bagi penyandang disabilitas seperti Suwarko yang tidak dapat melihat, kondisi saat ini serba sulit termasuk untuk membeli sembako.

"Apalagi saya tidak bisa apa-apa, saya cuma bisa terima kasih pada pemerintah yang sudah memberi bantuan," kata warga Warakas Jakarta Utara itu.

Baca juga: Penyaluran bansos terapkan data terintegrasi

Baca juga: Mensos janji gelar "karpet merah" untuk nelayan masuk e-Warong



Penyambung Hidup

Bantuan dari pemerintah terhadap warga terdampak COVID-19 bukan hanya menjangkau warga miskin yang selama ini terdata di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) tapi juga warga lainnya yang memang terdampak langsung seperti warga yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Seperti Suparman warga Kelurahan Sawangan Kota Depok yang terpaksa di PHK karena perusahaan tempatnya bekerja tidak lagi beroperasi karena terdampak pandemi.

Akibat COVID-19, tempat ia bekerja di sektor kuliner tutup dan di PKH sehingga Suparman tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Alhamdulillah sangat membantu kami sekeluarga karena saya tidak ada penghasilan lagi," ujar Suparman. Ungkapan syukur juga disampaikan Solihin, warga Sawangan yang juga mengalami PHK sejak Maret lalu karena mal tempat ia bekerja tutup.
 
Menteri Sosial Juliari P Batubara (kedua kiri) menyerahkan bansos sembako kepada salah seorang warga terdampak COVID-19 (ANTARA/HO-Humas Kemensos)


Bantuan sosial sembako yang diberikan Kementerian Sosial menjadi harapan bagi Nugroho warga Kelurahan Kedaung Cengkareng untuk menyambung hidup.

"Alhamdulillah bisa membantu meringankan beban selama masa pandemi ini," kata Nugroho.

Hal itu pula yang dirasakan Tony Subaktiar warga Rawasari Jakarta Pusat yang sudah kehabisan tabungan untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya.

Tony juga di PHK dari pekerjaannya sebagai tenaga keamanan di wilayah Kalideres dan selama satu setengah bulan hanya bertahan dengan uang tabungannya.

"Simpanan sudah tidak ada lagi tabungan sudah habis. Sehari-hari hanya bergantung pada honor istri sebagai tenaga jumantik di RT," ungkap Tony.

Samsu warga Johar Baru Jakarta Pusat yang juga mengalami PHK akibat terdampak COVID-19 merasa lega mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.

"Alhamdulillah saya terima bansos sembako yang ketiga ini dan sangat membantu sekali, setelah kehilangan pekerjaan yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan keluarga," kata Samsu

Sejak kehilangan pekerjaan karena perusahaan tempat bekerja tutup dan tidak bisa menggaji karyawannya, pria 41 tahun itu tidak tahu harus berbuat apa untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Tapi dengan adanya perhatian dari pemerintah sudah cukup melegakan keluarga untuk terpenuhi kebutuhan.

Menteri Sosial Juliari P Batubara mengatakan yang paling terdampak di saat pandemi saat ini salah satunya adalah orang yang biasanya bekerja tapi kehilangan pekerjaan.

Terlebih lagi mereka tidak mendapatkan bantuan sosial reguler seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

"Ini yang perlu diutamakan. Pendataan akan terus diperbaiki. Saya bahkan apresiasi suatu daerah ada keluarga yang tidak begitu memerlukan bantuan dialihkan ke warga yang lain yang lebih memerlukan, ini dari inisiatif sendiri. Ini luar biasa," kata Juliari.

Baca juga: Kemendes: Lima kabupaten di NTT belum salurkan BLT dana desa

Baca juga: Pakar nilai Kemensos telah susun langkah antisipatif hadapi COVID-19



Jaring Pengaman

Pemerintah menyiapkan jaring pengaman sosial sebagai upaya mengatasi dampak dari pandemi akibat penyebaran virus corona jenis baru yang mulai muncul di Tanah Air sejak Maret lalu.

Diantara jaring pengaman tersebut yaitu bantuan sosial yang disalurkan Kementerian Sosial. Selain bansos reguler seperti PKH dan BPNT, juga disiapkan bansos sembako dan bansos tunai.

Di masa pandemi, Kemensos membuat kebijakan baru untuk penyaluran bansos reguler seperti PKH yang biasanya disalurkan tiga bulan sekali sebanyak empat tahap dalam setahun tapi saat pandemi diberikan sebulan sekali.

Selain itu jumlah penerima PKH juga diperluas dari semula 9,2 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) menjadi 10 juta KPM.

Sementara untuk BPNT jangkauannya juga diperluas dari 15,2 juta KPM menjadi 20 juta KPM dan jumlah bantuan meningkat dari Rp150 ribu per bulan menjadi Rp200 ribu per bulan.

Kemudian, bansos non reguler atau bansos yang terkait penanganan COVID-19, ada dua program, yakni bansos sembako untuk wilayah Jabodetabek, dengan target 1,3 juta kepala keluarga untuk Jakarta dan 600 ribu kepala keluarga untuk Bodetabek.

Bansos non reguler tersebut akan diberikan selama tiga bulan sejak April hingga Juni 2020 dengan nilai bantuan sebesar Rp600 ribu.

Bansos sembako diberikan dua kali sebulan dengan nilai bantuan masing-masing sebesar Rp300 ribu, sehingga warga mendapatkan enam kali bantuan sembako.

Selanjutnya bansos tunai sebesar Rp600 ribu per kepala keluarga per bulan. BLT diberikan selama tiga bulan dengan target penerima manfaat 8,3 juta kepala keluarga yang terdampak COVID-19 di luar Jabodetabek.

"Semoga bansos ini bisa mengurangi beban penderitaan ibu bapak semua, kalau ada yang kelebihan dibagi-bagi sedikit kepada tetangganya," ucap Mensos Juliari pada salah satu kesempatan penyaluran bansos.*

Baca juga: Pekan depan, BST tahap dua di Bekasi Selatan cair

Baca juga: JSS salurkan 610 paket bansos di Pulau Untung Jawa

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020