Pemerintah perlu memetakan wilayah rawan pangan guna memastikan ketersediaan dan akses masyarakat terhadap kebutuhan pangan
Purwokerto (ANTARA) - Akademisi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto Kavadya Syska mengingatkan pentingnya pemerintah memiliki peta wilayah rawan pangan di tengah upaya menangani penyebaran COVID-19.

"Pemerintah perlu memetakan wilayah rawan pangan guna memastikan ketersediaan dan akses masyarakat terhadap kebutuhan pangan di tengah upaya menangani penyebaran COVID-19," kata Kavadya Syska di Purwokerto, Senin.

Baca juga: FAO: Integrasi data pertanian fondasi menuju ketahanan pangan

Koordinator Program Studi Teknologi Pangan UNU Purwokerto itu mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan pangan bagi individu, keluarga dan masyarakat merupakan hak azazi.

"Informasi mengenai kebutuhan pangan menjadi lebih penting lagi di saat situasi dan kondisi saat ini di tengah pandemi COVID-19," katanya.

Pengurus Pusat Aliansi Dosen Nahada Jateng-DIY itu menambahkan bahwa selain pemetaan, ada beberapa hal lain yang juga perlu dilakukan oleh pemerintah.

"Misalkan menghitung ketersediaan pangan aktual dan menghitung kebutuhan pangan serta menghitung cadangan pangan hingga merumuskan mekanisme distribusi pangan," katanya.

Baca juga: BPS dukung pelaksanaan APCAS untuk perbaikan data statistik pertanian

Dengan demikian, kata dia, akan tersedia informasi yang akurat bagi perumusan kebijakan pemerintah untuk membuat perencanaan pengelolaan pangan sehingga kerawanan pangan dapat diminimalkan. 

"Kondisi saat ini di tengah dampak penyebaran COVID-19 berlangsung sangat cepat dan mempengaruhi kondisi perekonomian nasional sehingga pemerintah mulai dari pusat hingga daerah juga perlu fokus dalam mengantisipasi ketersediaan dan akses terhadap kebutuhan pokok pangan," katanya.

Sementara itu dia juga menambahkan perlunya pemerintah memperkuat sinergi antara akademisi, pemerintah daerah hingga industri guna menjalin kerja sama pengembangan produk pangan darurat sebagai salah satu upaya antisipasi.

"Produk pangan darurat merupakan pangan yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan energi harian manusia dalam kondisi darurat sebagai salah satu upaya antisipasi kondisi darurat," katanya.

Baca juga: Peneliti: Kembangkan metode Kerangka Sampel Area benahi sektor pangan

 

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020