"Kalau melihat dinamika politik Pilkada Makassar, kemungkinan hanya ada tiga paslon saja. Sebab, untuk jalur perseorangan tidak ada dinyatakan memenuhi syarat," ujarnya, di Makasssar, Sulawesi Selatan, Jumat.
Makassar (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Firdaus Muhammad memprediksi ada tiga pasangan calon (paslon) wali kota dan wakil kota yang akan bertarung di Pilkada Makassar, 23 September 2020.

"Kalau melihat dinamika politik Pilkada Makassar, kemungkinan hanya ada tiga paslon saja. Sebab, untuk jalur perseorangan tidak ada dinyatakan memenuhi syarat," ujarnya, di Makasssar, Sulawesi Selatan, Jumat.
Baca juga: KPU Sulsel laporkan kesiapan pilkada serentak 12 daerah

Ketiga bakal calon wali kota tersebut yang diprediksi maju, ujar dia, masing-masing Moh Ramdhan Pomanto yang diusung Partai NasDem, Irman Yasin Limpo diusung PAN, dan Syamsu Rizal diusung PKB dan PKS.

Meskipun ketiganya sudah mengantongi dukungan partai, namun dari perolehan kursi partai tersebut belum mencukupi persyaratannya.

Namun, katanya lagi, masih ada nama lain seperti Munafri Arifuddin. Meski belum mendapatkan dukungan parpol, tapi pergerakan melalui sosialisasi intensif dilakukan untuk meraih simpati, termasuk meyakinkan parpol untuk memilihnya.

Berkaca dari situ, tentu para bakal calon ini terus berjuang mendapat usungan parpol guna mencukupkan persyaratan dari KPU Makassar, minimal mengantongi dukungan 10 kursi di DPRD Kota Makassar agar bisa maju pilkada.

Lantas bagaimana dengan bakal calon pendamping mereka, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin ini mengutarakan bahwa inilah yang mengemuka. Analisisnya, ada banyak pilihan, tergantung mana yang paling tepat dari hasil kalkulasi politiknya.

Tidak hanya itu, kata dia pula, ada beberapa kekuatan besar yang patut diperhitungkan. Kekuatan itu berasal dari klan Yasin Limpo, kemudian arus politik pemilih loyal Ilham Arief Sirajuddin mantan Wali Kota Makassar dua periode.

Selanjutnya, katanya pula, Nurdin Halid dengan kekuatan tokoh dan partainya serta Nurdin Abdullah kini menjabat Gubernur Sulsel tentunya punya peran politik, dan Aksa Mahmud melalui ketokohan dan gerbong politiknya.

Dari sederet nama besar itu, lanjut Firdaus, masing-masing akan mendorong kandidatnya, seperti Syamsu Rizal dikenal akrab Deng Ical oleh Ilham Arief Sirajuddin yang kini masih memiliki loyalitas.
Baca juga: KPU Makassar tetapkan peserta calon perseorangan nihil

Kemudian Irman Yasin Limpo disapa None, ada kakaknya Syahrul Yasin Limpo, sangat paham alur politik dan kini menjadi Menteri Pertanian dari Partai NasDem.

Sedangkan Moh Ramdhan Pomanto, akrab dipanggil Danny Pomanto tetap percaya diri dengan kemampuan dan dukungan loyalisnya, setelah memimpin Kota Makassar periode 2014-2019.

Sementara Munafri Arifuddin dipanggil Appi, mencoba kembali masuk pertarungan, kendati kalah melawan kolom kosong saat itu berpasangan dengan Rachmatika Dewi pada Pilkada Wali Kota 2018 lalu, namun ia tetap mendapat dorongan dari Aksa Mahmud bersama jejaringnya.


Kandidat wakil wali kota

Bila berbicara soal calon wakil wali kota, disimulasikan misalnya Appi dipasangkan dengan None, tentu ada kekuatan besar di sana, tetapi itu belum bisa dipastikan, apakah None berkeinginan mau menjadi wakil.

Selanjutnya, Appi dipasangkan dengan Taufik Fachruddin diketahui ipar Gubernur Nurdin Abdullah, kini menjabat Plt Direktur Umum Perusda Pemprov, maka peluang itu ada, hanya saja usungan parpol belum ada kejelasan kepada Appi.

Kemudian bila Danny Pomanto 'dikawin paksa' dengan Andi Zunnun, anak dari Nurdin Halid yang santer disebut-sebut akan dipasangkan, ujar dia, kemungkinan akan ada resistensi dari partai pengusung maupun partai lain.

"Akan berat kalau itu dipaketkan. Posisi Danny Pomanto kini masih menunggu rekomendasi dari partai lain. Bagi partai lain yang mau berkoalisi tentu akan menawarkan wakilnya dipaketkan," ujar Firdaus.

Posisi Danny Pomanto pada momen ini sangat dilematis, apabila mengikat dengan salah satu wakil dari partai, maka partai lain bisa saja lari. Masalah lainnya, keputusan dari NasDem hanya memberikan 14 hari kepada Danny untuk menggandeng partai koalisi.

Kemudian, kalau disimulasikan menggandeng Indira Chunda Tita Syahrul Yasin Limpo, maka bisa menjadi kekuatan besar dan bisa melemahkan None, adik Syahrul, meski keduanya adalah kader NasDem.

Lalu bagaimana dengan wakil Deng Ical. Bila simulasinya dipaketkan dengan Andi Rachmatika Dewi, maka peluang itu cukup besar, mengingat suara Rachmatika Dewi saat Pilkada 2018 cukup signifikan, dan kini kembali duduk di DPRD Sulsel.

Lantas bagaimana dengan bakal calon lainnya telah bermunculan ke publik seperti Taufiqqurahman (dokter Onasis), Fadly Ananda, Yaqkin Padjalangi (kader PDIP), Muhammad Ismak, Irianto Baso Ence, Haris Yasin Limpo.

Selanjutnya, Muh Iqbal Djalil, Sukriansyah Latief, Busrah Abdullah (PAN) dan Mudzakkir Ali Djamil, serta Syarifuddin Daeng Punna, kata dia, bisa menjadi pilihan menjadi wakil, tetapi tergantung kandidatnya.

"Deng Ical punya banyak pilihan, ada Fadly Ananda, dokter Onasis, serta nama-nama lain yang bermunculan, tapi itu tergantung konstelasi politik nantinya," ujar Firdaus.

Sejauh ini, ada empat parpol yang sudah memberikan sinyal dukungan, seperti NasDem dengan enam kursi diberikan ke Danny Pomanto. Sedangkan PKS lima kursi dan PKB satu kursi (jadi enam) diserahkan kepada Deng Ical. Sementara PAN lima kursi diberikan kepada None.
Baca juga: Pilkada Makassar Danny Pomanto optimistis bangun koalisi Parpol

Masih ada tersisa sejumlah kursi, dengan rincian enam kursi di Partai Demokrat dan PDIP. Kemudian, lima kursi masing-masing Golkar, Gerindra, dan PPP.

Selanjutnya, tiga kursi Partai Hanura, Perindo dua kursi dan satu kursi Partai Berkarya. Total kursi yang masih tersisa atau belum memberikan dukungan sebanyak 33 kursi.

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020