Kami masih menunggu teknis evakuasi. Kalau teknis bergerak dan berkumpul ke suatu titik tidak memungkinkan. Sebab, transportasi di Wuhan lumpuh. Taksi juga tidak ada
Banda Aceh (ANTARA) - Mahasiswa Aceh di Wuhan, China yang sejak sepekan terisolasi menyusul wabah virus corona, sudah bersiap-siap dievakuasi dan kembali ke Tanah Air di Indonesia.

"Hari ini, kami mulai persiapan evakuasi. Tapi, kami belum mengetahui kapan akan dievakuasi," kata Teuku Agusti Ramadhan, mahasiswa Aceh asal Kota Sabang yang dihubungi ANTARA dari Banda Aceh, Jumat.

Teuku Agusti Ramadhan merupakan satu-satunya mahasiswa Indonesia yang hingga kini terkurung di Universitas Zhongnan, Wuhan. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan S2 di jurusan ekonomi dan hukum.

Ia mengaku bersama belasan mahasiswa Aceh lainnya di Wuhan terus berkomunikasi dengan Kedutaan Besar RI di China terkait teknis evakuasi.

"Kami masih menunggu teknis evakuasi. Kalau teknis bergerak dan berkumpul ke suatu titik tidak memungkinkan. Sebab, transportasi di Wuhan lumpuh. Taksi juga tidak ada," katanya.

Teuku Agusti yang juga Ketua Himpunan Mahasiswa Aceh "Cakradonya" di Wuhan menyebutkan kondisi Kota Wuhan saat ini masih sama, belum ada perkembangan.

"Tadi juga ada pemberitahuan lagi untuk tidak beraktivitas di luar ruangan. Jadi, kami terus bertahan di kamar dan ini berlangsung sejak 23 Januari lalu," katanya.

Tidak hanya mahasiswa Aceh yang berdiam diri di kamar, kata dia, namun penduduk setempat juga memilih berdiam diri di rumah ketimbang di luar. Semua fasilitas publik, seperti transportasi tidak beraktivitas.

"Kalau keluar, pakaian yang digunakan langsung dicuci saat kembali. Sepatu juga dibersihkan dengan alkohol guna menghindari virus corona," demikian Teuku Agusti Ramadhan.

Baca juga: Mahasiswa Aceh minta dievakuasi dari Wuhan

Baca juga: Pemerintah Aceh buka posko komunikasi dengan mahasiswa Aceh di Wuhan

Baca juga: Mahasiswa Aceh di Wuhan masih bertahan di kamar

Baca juga: Mahasiswa Aceh di Kota Wuhan jadi 13 orang


 

Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020