Namun, bangsa Indonesia berhasil melewatinya dengan baik sehingga terpilih pemimpin negeri yang 'legitimate'
Jakarta (ANTARA) - Wakil Kepala Satuan Tugas (Satgas) Nusantara Irjen Pol Fadil Imran menyebutkan keberhasilan melalui ujian demokrasi yang rumit dengan kompleksitas persoalan pada Pemilu dan Pilpres 2019 membuat demokrasi di Indonesia naik kelas.

Kompleksitas Pemilu 2019 tercermin dari pelaksanaan pileg (pemilihan anggota legislatif) dan pilpres secara serentak, katanya melalui pernyataan tertulis di Jakarta, Jumat.

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber dalam Latihan Kepemimpinan Bangsa Angkatan ke-6 yang diselenggarakan DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) di Wisma DPR RI, Puncak, Bogor, Jumat.

Masyarakat sebagai pemilih, lanjut dia dihadapkan pada lima jenis surat suara yang membuat proses penghitungan di TPS berakhir hingga larut malam, bahkan ada yang sampai keesokan harinya.

Baca juga: Perwakilan Kedubes AS nilai demokrasi Indonesia baik

Belum lagi, tambah dia tensi politik yang tinggi sehingga terjadi polarisasi akibat perbedaan dukungan calon presiden.

Namun, bangsa Indonesia berhasil melewatinya dengan baik sehingga terpilih pemimpin negeri yang 'legitimate'. Yang menggembirakan, kedua calon presiden berupaya keras menghapus polarisasi dengan melakukan rekonsiliasi dan terbukti efektif mendinginkan suhu politik, jelasnya.

Fadil membandingkan situasi demokrasi di Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin, seperti Venezuela dan Bolivia. Bahkan, ketegangan politik di Hongkong yang hingga kini belum terkendali.

Jadi, negara kita ini luar biasa hebat dalam menerapkan demokrasi. Itulah kenapa saya sering bilang demokrasi kita sudah naik kelas dan dihargai dunia, ungkapnya.

Baca juga: Ketua MPR: Pemilu serentak bukti demokrasi Indonesia maju

Staf Ahli Kapolri Bidang Sosial dan Budaya itu mengimbau mahasiswa untuk turut berkontribusi mewujudkan demokrasi yang sehat, khususnya ketika menyampaikan aspirasi.

Demonstrasi itu lumrah dalam demokrasi dan seharusnya disampaikan dengan cara-cara yang elegan dan memperkuat data ketika melakukan kritik. Jadi adik-adik harus menjadi contoh bagi generasi muda lainnya dengan demo secara tertib, terangnya.

Sementara itu, Ketua Umum DPP PGK Bursah Zarnubi menekankan mahasiswa untuk memperkuat literasi dengan banyak membaca buku.

Buku itu membuka jendela dunia. Kalau tidak baca buku maka akan gelap melihat dunia. Jadi, bacalah buku minimal delapan jam sehari. Kalau itu dilakukan, 20 tahun lagi anda akan jadi orang hebat, jelas Bursah.

Baca juga: Demokrasi Indonesia bisa monolitik bila Gerindra gabung ke Pemerintah

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019