Jakarta (ANTARA) - Perusahaan yang bergerak di bidang keamanan siber, Palo Alto Networks, memperkirakan jaringan telekomunikasi seluler generasi keempat (4G) masih mendominasi kawasan Asia Pasifik pada 2020 mendatang, meski pun jaringan generasi terbaru yakni 5G sudah diadopsi di beberapa negara di dunia.

"Pada 2020 mayoritas masih memakai jaringan 4G dan tidak akan digantikan oleh 5G," kata Field Security Officer Palo Alto Networks Asia Pacific, Kevin O'Leary, saat paparan Prediksi Keamanan Siber 2020 di Jakarta, Selasa.

Di kawasan Asia Pasifik, 5G baru digunakan di China dan Korea Selatan meski pun belum skala masif. Melihat uji coba 5G masih minim di kawasan Asia Pasifik, Palo Alto memperkirakan pembangunan infrastruktur 5G secara besar-besaran baru akan terjadi dalam kurun waktu 10 tahun.

Apalagi, masih ada beberapa negara di kawasan Asia Pasifik yang baru saja merasakan jaringan 4G sehingga 5G diperkirakan belum akan hadir secara massal dalam waktu dekat.

Mengutip GSMA, 4G akan menjangkau 68 persen pengguna ponsel di Asia Pasifik pada 2025.

Penyedia layanan internet perlu mewaspadai serangan siber karena terdapat kemungkinan celah keamanan terbuka, mereka perlu menerapkan pencegahan, memperkuat lapisan keamanan lewat otomasi, membangun sistem keamanan serta mengintegrasikan fungsi-fungsi keamanan melalui API.

Palo Alto Networks memperkirakan 4G akan terus dijadikan target serangan oleh peretas tahun depan, sebagai gerbang masuk ke jaringan 5G di masa mendatang.

Perusahaan tersebut juga menyoroti masalah privasi data dalam prediksi mereka, Asia Pasifik mengkhawatirkan bagaimana manajemen data yang selama ini dikumpulkan.

Palo Alto Networks menilai pada 2020 akan terjadi peningkatan proses legislasi terkait privasi data di Asia Pasifik. Indonesia dan India, antara lain, sedang merancang aturan mengenai perlindungan data pribadi.

Diperkirakan pada 2020 akan ada lebih banyak negara yang menerbitkan aturan perlindungan data, terutama untuk sektor publik. Palo Alto Networks menggarisbawahi bahwa menempatkan data di dalam negeri tidak berarti otomatis terjamin keamanannya.

Perusahaan perlu mengadopsi strategi keamanan siber yang komprehensif untuk mendukung keamanan operasi maupun informasi lintas jaringan di endpoint maupun cloud.

Perusahaan secara berkala perlu mengevaluasi nilai dari setiap informasi yang dikumpulkan dan menerapkan kontrol yang ketat di setiap akses.


Baca juga: Kominfo harap ekosistem siap sebelum 5G datang

Baca juga: Alasan pemerintah tak ingin terburu-buru terapkan 5G

Baca juga: China mulai siapkan riset untuk 6G

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019