Selama ini rotan-rotan yang dikirim melalui kapal jalur dalam negeri, setelah dicek ke pelabuhan tujuan tidak ada. Jadi diduga terjadi pengiriman ke luar dan ilegal
Palangka Raya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) telah berkoordinasi dan melakukan komunikasi lanjutan dengan Bea Cukai, membahas tentang potensi rotan, serta dugaan pengiriman yang dilakukan secara ilegal oleh oknum tak bertanggung jawab.

"Selama ini rotan-rotan yang dikirim melalui kapal jalur dalam negeri, setelah dicek ke pelabuhan tujuan tidak ada. Jadi diduga terjadi pengiriman ke luar dan ilegal," kata Sekretaris Daerah Kalteng Fahrizal Fitri di Palangka Raya, Kamis.

Menurut dia, hal itu mendapat perhatian khusus dari pihaknya bersama Bea Cukai dan instansi terkait lainnya agar bisa diselesaikan, mengingat Kalteng merupakan daerah penghasil rotan dengan skala besar di tanah air. Sudah seharusnya potensi itu bisa dimanfaatkan sebaik mungkin, guna meningkatkan perekonomian daerah serta kesejahteraan masyarakat. Bahkan dirinya merasa aneh, saat ini ekspor rotan dikuasai oleh China padahal mereka bukanlah penghasil rotan.

"Jadi kami bekerja sama dengan Bea Cukai, mengoordinasikan seluruh petani rotan yang ada di Kalteng dan kemudian ingin membuat kawasan berikat guna dijadikan pusat jual beli," katanya.

Suatu saat jika nantinya rotan mentahan bisa kembali diekspor dan tak lagi distop, maka akan dilakukan pengiriman dengan sistem terbatas. Untuk itu dalam hal ini, pihaknya meminta kepada pemerintah pusat bisa mengeluarkan kebijakan yang pro terhadap petani rotan.

Selain itu untuk memberikan jaminan harga kepada para petani rotan, pemprov berupaya untuk memangkas jalur jual beli yang begitu panjang. Hingga pada akhirnya petani rotan bisa bertemu langsung dengan produsen.

Untuk diketahui, pemprov baru saja melepas pengiriman perdana hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa rotan, berasal dari UPT KPHP Katingan Hulu ke Cirebon, Jawa Barat sebanyak tiga ton dari 50 ton yang disepakati.

Pengiriman perdana tersebut masih berasal dari daerah Katingan. Pihaknya berharap kedepan HHBK rotan yang bisa dikirim merupakan hasil dari seluruh daerah yang ada di Kalteng.

Pihaknya juga memastikan pengiriman rotan tak hanya menyasar pasar di Cirebon, namun juga daerah lain yang mampu membeli dengan harga yang lebih tinggi.

Untuk pasar di Cirebon, rotan yang dilepas dihargai Rp6 ribu perkilogramnya dan nilai tersebut sudah memberikan keuntungan bagi para petani rotan.

Selain HHBK berupa rotan, pada kesempatan yang sama juga dilepas produk HHBK serbuk biomasa dari KPHL Gerbang Barito ke Banjarbaru sebanyak lima ton dari kebutuhan 10 ton per hari.

Juga dilepas HHBK berupa serat rasau dan kajang dari KPHL Gerbang Barito ke Yogyakarta sebanyak lima ton, dari kebutuhan sebanyak 50 ton per bulannya.

Baca juga: Kemenkeu evaluasi penyebab penyelundupan rotan di Kalteng

Baca juga: Memperin fasilitasi investor manfaatkan rotan Kalteng

 

Pewarta: Kasriadi/Muhammad Arif Hidayat
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019