Program Indonesia Sentris yang dicanangkan Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah membuka akses keterisolasian serta dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah
Jakarta (ANTARA) - Pemerataan pembangunan di daerah Indonesia terus dilakukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, terlihat dari capaian kinerja selama ini yang terus mengoptimalkan program Indonesia Sentris dan bukan Jawa Sentris.

"Program Indonesia Sentris yang dicanangkan Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah membuka akses keterisolasian serta dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Polana B. Pramesti dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Hal itu disampaikan Polana menyambung temu media dengan tema “Capaian Kinerja Kementerian Perhubungan Kabinet Kerja Jokowi–JK Periode Tahun 2014–2019” Sabtu (19/10) yang dihadiri Menhub Budi Karya Sumadi.

Dalam kurun waktu lima tahun ini, dilakukan pembangunan infrastruktur transportasi dengan pendekatan Indonesia Sentris untuk membuka keterisolasian, yaitu dengan memberikan dukungan aksesibilitas terhadap daerah 3TP (Terluar, Terdepan, Tertinggal dan Perbatasan).

"Capaian kinerja periode pembangunan 2015 hingga 2018 cukup optimal, hal ini dapat dilihat dari 10 bandara baru selesai dibangun dan sudah dioperasionalkan. Tidak hanya itu, ditargetkan pada tahun ini akan tambah lagi 5 bandara lagi," kata Polana.

Ia menambahkan bahwa kesepuluh bandara tersebut adalah Letung di Anambas Kepulauan Riau, Namniwel di Buru Maluku, Miangas di Sulawesi Utara, Morowali di Sulawesi Tengah, Werur di Tambrauw Papua Barat, Maratua di Kalimantan Timur, Koroway Batu di Boven Digoel Papua, Kertajati di Jawa Barat, Samarinda Baru di Kalimantan Timur, dan Tambelian Sintang di Kalimantan Barat.

Menurut Polana, kelima bandara yang akan ditargetkan selesai tahun ini adalah Siau di Tagulandang Biaro Sulawesi Utara, Tambelan di Bintan Kepulauan Riau, Muara Teweh di Barito Utara Kalimantan Tengah, Buntu Kunik di Tanah Toraja Sulawesi Selatan dan Pantar di Alor Nusa Tenggara Timur. Untuk bandara Muara Taweh dan Pantar sudah selesai dibangun dan siap diresmikan.

Tidak hanya itu, hingga tahun 2019 ini sebanyak 127 bandara pemerintah telah melakukan pemeliharaan dan pengembangan bandara di wilayah perbatasan, lalu sebanyak 290 di daerah rawan bencana dan 242 bandara yang ada di daerah terisolasi.

"Di sini dapat dilihat kalau filosofi Indonesia sentris itu menjadi tekanan dari apa yang kita lakukan, baik berupa pembangunan maupun kegiatan kegiatan yang dilaksanakan dengan memperhatikan daerah-daerah terluar terdepan, tertinggal dan di perbatasan,” katanya.

Jembatan Udara

Polana juga menjelaskan untuk mendukung penurunan disparitas harga barang kebutuhan masyarakat pada daerah terpencil dan tertinggal atau daerah yang belum dilayani oleh moda transportasi lainnya maka pihaknya telah membuat program jembatan udara yang merupakan angkutan udara perintis kargo.

"Hasilnya sangat menggembirakan bahwa jembatan udara ini dapat menekan 44,85 persen penurunan harga rata-rata untuk lima bahan kebutuhan pokok. Dan penurunan tersebut tercatat sejak program ini diluncurkan pada Desember 2017 lalu," katanya.

Dikatakan hingga 2019 ini ada enam bandara penghubung dan 39 rute penerbangan untuk jembatan udara tersebut.

Keenam bandara tersebut yaitu Juwata di Tarakan Kalimantan Utara, Andi Djemma Masamba di Luwu Utara Sulawesi Selatan, Wamena di Jayawijaya Papua, Mozes Kilangin di Timika Papua, Nop Goliat Dekai di Yahukimo Papua dan Tanah Merah di Boven Digoel Papua.

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019