Kupang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih berpotensi terjadi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kondisi ini sesuai dengan peta sebaran titik panas yang terpantau saat ini, dimana masih terdapat 27 titik panas (hotspot), kata Kepala Stasiun Meteorologi El Tari, Agung Sudiono Abadi kepada Antara di Kupang, Senin, terkait potensi Karhutla di NTT.

Berdasarkan analisis peta sebaran titik panas dengan pantauan Satelit Terra, Aqua, Suomi NPP dan NOAA20 oleh LAPAN, diketahui sebaran titik panas di wilayah NTT saat ini terdapat di sembilan kabupaten.

Baca juga: BMKG: Karhutla akibat pembukaan lahan pertanian

Kabupaten yang paling banyak terdapat sebaran titik panas yakni Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), dan Alor yakni masing-masing sebanyak delapan titik panas.

Disusul Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sebanyak tiga titik masing-masing di Mollo Selatan satu titik dan Mollo Utara dua titik.

Agung Abadi menjelaskan, satelit akan mendeteksi anomali suhu panas dalam luasan satu km persegi pada suatu lokasi di permukaan bumi akan di observasi 2-4 kali per hari.

Pada wilayah yang tertutup awan, maka hotspot tidak dapat terdeteksi. Kekeringan dan embusan angin yang kencang juga menjadi penyebab tidak langsung dalam sebaran suatu titik panas tersebut.

Citra satelit tersebut hanya menilai anomali reflekstivitas dan suhu sekitar yang diinterpretasikan sebagai titik panas (hotspot).

Penyebab adanya anomali tersebut tidak dapat kami justifikasikan, apakah itu akibat budaya bakar lahan atau alasan lainnya, kata Agung Sudiono Abadi menambahkan. 

Baca juga: BMKG catat masih ada titik panas di 6 kabupaten NTT

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019