Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho memberikan pengarahan kepada anak-anak terindikasi tawuran yang tergabung dalam geng Jawara dan All Start di Gedung Siola, Kamis.

"Kalian harus janji setelah keluar dari ruangan ini tidak ada lagi geng-gengan, yang ada adalah arek-arek Suroboyo. Setuju?" kata Wali Kota Risma saat bertanya kepada anak-anak itu.

Pengarahan yang digelar di Gedung Siola itu diwarnai isak tangis, karena anak-anak ini diminta Wali Kota Risma untuk minta maaf kepada orang tua mereka masing-masing dan mencium kaki orang tuanya.

Ibu-ibu yang menerima anaknya minta maaf langsung terisak tangis. Hampir semua orang tua yang diminta maju ke depan dan anak-anaknya minta maaf, tidak kuasa menahan tangisnya. Sesekali mereka menghapus air mata yang tumpah itu melalui krudungnya.

Anak-anak yang mendapatkan pengarahan dari Wali Kota Risma dan Kapolrestabes Surabaya itu diminta untuk saling bermaaf-maafan dan berpelukan. Bahkan, Wali Kota Risma meminta setelah ke luar dari ruangan itu tidak ada lagi geng Jawara atau pun geng All Start.

Selain itu, anak-anak ini juga diminta untuk menuliskan biodatanya dilengkapi dengan keinginannya dalam secarik kertas yang sudah diberikan oleh jajaran Pemkot Surabaya. Setelah mereka menuliskan itu, satu per satu lembaran itu dilihat oleh Wali Kota Risma.

"Setelah saya lihat, ternyata mereka ini normal, tapi memang mereka tidak mengerti, banyak yang ikut-ikutan," kata dia.

Risma juga memastikan bahwa sudah meminta tolong kepada Kapolrestabes Surabaya untuk mencari otak atau aktor di balik kejadian itu. Sebab, kata dia, anak-anak ini seolah-olah ditekan untuk ikut dalam geng mereka.

"Mereka ini hampir 95 persen tidak mengerti. Jadi, ini ada otak yang menggerakkan mereka. Tapi otaknya ini berada di belakang. Katanya dua orang sudah ditangkap dan akan ditindaklanjuti," katanya.

Menurut dia, yang paling penting anak-anak ini tidak mudah percaya kepada siapapun yang mengajak untuk tawuran, misalnya seperti disampaikan anak-anak tadi bahwa ada yang mengajak dan ditekan serta diancam.

"Anak-anak ini tidak perlu takut. Bahkan, tadi ada yang cerita bahwa sudah keluar dari grup WA, tapi kemudian mereka dipaksa lagi, ditarik lagi oleh mereka dan ditakut-takuti," ujarnya.

Ia juga memastikan bahwa pihak kepolisian sudah mendeteksi oknum-oknum yang mengajak tawuran itu, sehingga berkali-kali Risma meminta anak-anak itu untuk tidak takut pada oknum yang mengancamnya.

Bahkan, Risma juga meminta untuk langsung melaporkan kepada pihak kepolisian melalui nomor 110 atau melalui aplikasi Jogo Suroboyo. "Bisa juga langsung menghubungi 112. Nanti kita tindaklanjuti, jadi jangan takut," katanya.

Sementara itu, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho juga menjelaskan apabila ada kejadian yang mengganggu keamanan dan ketertiban Kota Surabaya, ia meminta untuk melaporkan kepada pihak kepolisian melalui aplikasi Jogo Suroboyo itu.

"Tolong difotokan melalui aplikasi itu, nanti kami akan tindaklanjuti," katanya.

Sandi juga meminta tawuran yang mengganggu keamanan dan ketertiban itu tidak boleh terjadi lagi. Bahkan, ia juga memastikan bahwa dengan kemajuan teknologi saat ini, pihaknya lebih tahu pergerakan dari geng-geng ini, sehingga beberapa kali pun dibubarkan oleh pihak kepolisian.

"Jadi, kami bisa memonitor adik-adik ini, makanya kami bubarkan," ujarnya.

Menurut Sandi, dengan keroyokan itu tidak keren dan bukan anak-anak milenial yang mau maju dan berprestasi. Oleh karena itu, dia mengajak kepada semua pihak untuk bersama-sama menjaga anak-anak ini. "Sebab, mereka inilah penerus bangsa ke depannya," katanya.


 

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019