Jakarta (ANTARA) - Sumba Barat Daya tak hanya memiliki keindahan alam pantai nan menawan namun juga menyimpan kekayaan kisah budaya yang menarik untuk disambangi.

Desa Adat Ratenggaro, terletak di dekat bibir pantai wilayah Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo berjarak kurang lebih 40 kilometer dari Tambolaka yang merupakan pusat kota.
 
Desa Adat Ratenggaro, Kodi Bangedo, Sumba dilihat dari Pantai Ratenggaro pada Kamis (3/10/2019) (ANTARA/Ida Nurcahyani)


Meski belum ada transportasi umum untuk mencapai ke sana dan masih harus menyewa kendaraan dari Tambolaka, akses jalanan dari Tambolaka menuju Ratenggaro cukup baik, kondisi jalan sudah beraspal dan terpelihara baik sehingga perjalanan dapat ditempuh dalam waktu 1,5 hingga 2 jam saja.

Memasuki kawasan Desa Adat Ratenggaro, kita disambut jajaran kuburan batu besar mirip menhir lengkap dengan ukiran tatah aksara kuno. Ratenggaro memiliki arti yaitu "Rate" yang berarti kuburan, sedangkan "Garo" yang artinya orang-orang Garo.

"Ada sekitar 300-an kubur batu di atas (Desa Adat Ratenggaro), kalau di bawah sini (dekat pantai Ratenggaro) ada tiga, tiga-tiga ini memiliki kedudukan khusus dulunya makanya batu makamnya besar-besar dan ukirannya bagus," kata Samuel, salah seorang warga Kodi Bangedo pada ANTARA, Kamis (3/10).

Desa yang berudara sejuk meski matahari bersinar terik itu terdiri dari deretan rumah adat yang disebut "Uma Kelada" yakni rumah panggung empat tingkat dengan ciri khas menara menjulang tinggi mencapai 15 meter.

Baca juga: Mitsubishi Motors resmikan studi pemanfaatan energi terbarukan Sumba

Baca juga: PLN sediakan SPLU dukung kehadiran mobil listrik di NTT

 
Seorang ibu menenun di Desa Adat Ratenggaro, Kodi Bangedo, Sumba pada Kamis (3/10/2019) (ANTARA/Ida Nurcahyani)


Atapnya terbuat dari jerami dan tinggi rendahnya atap dibuat berdasarkan status sosial.

Lantai paling bawah digunakan sebagai tempat hewan peliharaan, tingkat kedua adalah tempat pemilik rumah tinggal bersama, tingkat ketiga adalah tempat untuk menyimpan hasil panen.

"Paling atas tempat untuk meletakkan tanduk kerbau sebagai simbol tanda kemuliaan," kata Samuel.
 
Uma Kelada di Desa Adat Ratenggaro, Kodi Bangedo, Sumba pada Kamis (3/10/2019) (ANTARA/Ida Nurcahyani)


Baca juga: Desa di Sumba Barat gunakan Dana Desa untuk kelola wisata kampung adat

Baca juga: Objek wisata di Sumba Barat Daya masih diwarnai pungli


Keelokan Desa Adat Ratenggaro memikat hati Puteri Indonesia 2005 yang kini aktif jadi pegiat lingkungan hidup Nadine Chandrawinata.

Saat mengunjungi desa tersebut, Nadine tampak sangat menikmati bercengkrama dengan anak-anak desa yang mengerumuni dia.

Wakil Indonesia di Miss Universe 2006 itu mengaku senang pergi ke tempat wisata yang memberinya "cerita".

"Sumba selalu jadi favoritku. Aku sudah empat kali trip ke Sumba, tapi ini yang pertama ke sini. Di sini penuh dengan filosofi, setiap kain, alat musik semua ada ceritanya," kata Nadine.

Baca juga: Destinasi wisata populer versi Google: Malang, Labuan Bajo, Sumba

Baca juga: Objek wisata unggulan Sumba Barat Daya mendapat bantuan Kemenpar

 
Hasil kerajinan warga dijajakan seadanya di Desa Adat Ratenggaro, Kodi Bangedo, Sumba pada Kamis (3/10/2019) (ANTARA/Ida Nurcahyani)


Sayangnya, potensi keindahan wisata dan budaya di daerah itu tampaknya belum digarap maksimal oleh pemerintah daerah. Selain tak ada transportasi umum yang memadai, tak ada fasilitas umum tampak di sekitar daerah wisata tersebut

Pemerintah setempat tak memberi komentar lebih lanjut saat dihubungi ANTARA terkait rencana pengembangan wisata di daerah tersebut.

Jika ingin mampir melihat kehidupan di Desa Adat Ratenggaro, jangan lupa membawa oleh-oleh untuk anak-anak desa yang akan senang jika diberi biskuit atau permen dan cokelat atau bawa buku cerita.

Baca juga: Lembaga Adat Kampung Ratenggaro berdayakan warga agar sadar wisata

Baca juga: Sumba Timur siap kembangkan wisata bunga sakura

 
Anak-anak di Desa Adat Ratenggaro, Kodi Bangedo, Sumba pada Kamis (3/10/2019) (ANTARA/Ida Nurcahyani)

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019