langkah yang harus kami ambil adalah menebang pohon kopi, dan mengganti dengan tanaman kopi yang baru
Takengon, Aceh (ANTARA) - Mayoritas petani kopi di dataran tinggi wilayah tengah Aceh takut tanaman kopi mereka terserang jamur akar, kata Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar.

"Kalau ada di kebun petani, satu hektare saja ada tiga (jamur), maka itu (otomatis) sudah terserang semuanya," ucap Bupati Shabela di Takengon, Jumat.

Ia menerangkan, penyakit jamur akar pada perkebunan kopi terdapat tiga warna, yakni putih, coklat, dan hitam yang kini menyerang di batang dan daun tanaman komoditas ekspor tersebut berubah warna.

Lambat laun di bagian batang maupun daun kopi yang terserang, maka berubah menjadi kering. Sedangkan di bagian tanaman secara keseluruhan akan me­nguning, kemudian layu, rontok dan akhirnya mati sebelum melewati masa usia tanaman kopi rata-rata 30 tahun.

Selama jamur akar mulai menyerang, lanjut dia, maka akibat yang ditimbulkan rata-rata panen kopi terutama jenis Arabika mulai mengalami penyusutan.

"Pada 2018, panen kopi jauh meleset dari target 1.500 kilogram per hektare. Karena jamur akar ini, panen menyusut, menjadi sekitar 700 hingga 750 kilogram per hektare per tahun. Padahal satu hektare kini bisa ditanam 1.000 batang pohon kopi," tegasnya.

Data terakhir Dinas Pertanian Aceh Tengah tahun 2017 menyebut, luas areal tanaman perkebunan kopi jenis Arabika seluas 49.251 hektare dengan angka produksi 31.358 ton, dan kopi Robusta 1.022 hektare memproduksi 433 ton.

Terdapat sekitar 35.000 kepala keluarga yang menggantung hidup di bawah koperasi kopi di Aceh Tengah, dan belum lagi sekitar 60 ribu kepala keluarga dari individu sebagai petani kopi tersebar di Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.

Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah melalui dinas terkait saat ini tengah mengupayakan pencegahan, dan penyebaran jamur akar akibat melihat dampak cukup luas bagi keberlangsungan tanaman kopi.

"Kita sudah minta bantuan dari provinsi, dan pusat. Sudah kita sampaikan mengenai jamur akar yang menyerang tanaman kopi milik masyarakat," kata Bupati Shabela.

Rahmat (45), petani kopi Arabika setempat mengatakan, lazimnya ketika ketiga jenis jamur akar ii mulai menyerang, maka tanaman kopi dipastikan akan mati selang beberapa tahun kemudian.

"Langkah yang harus kami ambil adalah menebang pohon kopi, dan mengganti dengan tanaman kopi yang baru. Memang prosesnya lama, karena membutuhkan waktu tiga sampai empat tahun baru bisa dipanen kembali," katanya.

Ia mengaku, jamur akar tidak pandang bulu dalam menyerang tanaman kopi baik jenis Arabika maupun Robusta.

"Semua diserangnya baik tanaman kopi yang berusia tua maupun masih muda," tutur dia.

Baca juga: Usaha kopi mobil arabika terus tumbuh di Aceh tengah
Baca juga: Potensi produksi kopi arabica Aceh Tengah 1,5 ton/Ha
Baca juga: Kopi Arabika dari Aceh Diminati Luar Negeri

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019