Gerakan ini sebagai bentuk keprihatinan kami terhadap permasalahan LGBT di Kepri, khususnya di Tanjungpinang dan Bintan,
Tanjungpinang (ANTARA) -
Puluhan pemuda dan mahasiswa dari berbagai organisasi kepemudaan dan organisasi kemahasiswaan di Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sepakat untuk membentuk Gerakan Tolak Lesbian, Gay, Biseks dan Transgender (LGBT).

"Gerakan ini sebagai bentuk keprihatinan kami terhadap permasalahan LGBT di Kepri, khususnya di Tanjungpinang dan Bintan," kata Rindi Apriady, Presiden Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) seusai rapat pembentukan kelompok Tolak LGBT di Gedung Arsip dan Perpustakaan Tanjungpinang, Rabu.

Pemuda dan mahasiswa itu antara lain berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari sejumlah fakultas UMRAH, BEM Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia, Ikatan Pemuda Karya, Pemuda Pancasila, Srikandi Pemuda Pancasila, Komunitas Bakti Bangsa, Sirih Besar, dan Gerakan Alam Pikir Indonesia.

Mereka sepakat membentuk kelompok yang diberi nama "Gerakan Peduli Adab dan Moral". Kesepakatan itu dilatarbelakangi dengan berbagai kasus yang melibatkan gay.

"Korban potensial jadi pelaku. Artinya, semakin banyak korban, maka berpotensi semakin banyak pelaku dan korban lainnya," kata Dodi Riyanto, yang dinobatkan menjadi Ketua Gerakan Peduli Adab dan Moral.

Kampanye tolak LGBT ini rencananya dimulai dari lingkungan terkecil, kampus hingga di lapangan terbuka. Gerakan ini diyakini akan semakin besar karena membuka diri dengan kelompok lainnya yang peduli terhadap permasalahan itu.

"Secara teknis, pelaksanaannya dibahas dalam rapat selanjutnya," kata Rindi Apriadi yang juga Sekretaris Gerakan Peduli Adab dan Moral.

Linda, salah seorang pengurus Srikandi Pemuda Pancasila Tanjungpinang mengatakan, gerakan bersama itu harus membuahkan solusi, bukan menambah masalah. Gerakan ini sebaiknya dimulai dari lingkungan SD-SMA sehingga harus melibatkan berbagai pihak seperti psikiatri, dosen, guru, ulama dan pengurus Lembaga Adat Melayu.

"Kampanye dapat dimulai dengan publikasi di media massa, spanduk dan lainnya," katanya.

Linda juga mengingatkan seluruh aktivis tidak melakukan tindakan yang salah dalam menangani permasalahan sensitif tersebut seperti perundungan (bully) terhadap kaum LGBT. Mereka tidak akan terobati jika dirundung.

"Ada juga pria yang sejak lahir memang lemah gemulai tetapi normal. Mereka jangan dirundung," katanya.

Baca juga: BKKBN : LGBT musuh utama pembangunan


Baca juga: Gerakan sosial perlu dibentuk hapus "LGBT"

Baca juga: Ketua Komnas-HAM nilai komitmen Sumbar larang perilaku LGBT tidak langgar HAM

Baca juga: Di depan ulama, Jokowi bantah isu kawin sejenis dan adzan

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019