Ada titik-titik perusahaan yang memang sangat baik untuk dapat dijadikan contoh terkait pengelolaan lahan gambut yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggandeng dua perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Kalimantan Barat untuk meneliti cara pengelolaan lahan gambut berbasis lanskap yang baik.

"Pertimbangannya karena di areal dua perusahaan ini sudah ada penelitian awal. Jadi ini memang agak khusus, HTI tapi ada area penelitiannya," kata Kepala Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto usai peluncuran pilot proyek penelitian pengelolaan lahan gambut bersama PT Wana Subur Lestari (WSL) dan PT Mayangkara Tanaman Industri (MTI) di Jakarta, Senin (12/8).

Menurut dia, ada titik-titik perusahaan yang memang sangat baik untuk dapat dijadikan contoh terkait pengelolaan lahan gambut yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi. Ini bisa menjadi pembuktian mengingat selama ini ada pendapat bahwa sebaiknya semua area gambut tidak dikelola untuk produksi tanpa memicu kebakaran.

Dari dua lokasi perusahaan tersebut, Agus mengatakan sejauh ini belum pernah terjadi kebakaran hutan dan lahan. Lokasi perusahaan mereka juga sering mendapat kunjungan badan-badan internasional maupun negara-negara yang tertarik mengelola gambut, seperti Republik Rakyat Kongo.

"Mudah-mudahan kita bisa kembangkan skema penelitian baik supaya bisa digunakan di tempat lain," lanjutnya.

Baca juga: Polisi selidiki kebakaran lahan gambut di Kalis

Pilot proyek penelitian berbasis lanskap ini ia mengatakan dirancang untuk merumuskan teknik pengelolaan lahan gambut lestar (best practices) yang mencakup aspek pencegahan kebakaran, peningkatan produktivitas tanaman, penurunan emisi karbon dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan.

Penelitian produktivitas dan hidrologi pada Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) Sungai Terentang-Sungai Kapuas, Sungai Kapuas-Sungai Mendawak dan Sungai Kualan-Sungai Labai ini, menurut dia, menjadi penelitian produktivitas dan hidrologi gambut terpadu secara intensif pertama dan terbesar di dunia pada ekosistem gambut.

Penelitian lanskap dilakukan di area lebih kurang 135.164,3 hektare (ha), yang sekitar 19.543,5 ha berada di Hutan Lindung Mendawak, 40.750,8 ha berada di area PT WSL dan 74.870 ha ada di area PT MTI.

Wakil Presiden PT Wana Subur Lestari Tsuyoshi Kato mengatakan sejauh ini belum pernah ada yang melakukan penelitian lahan gambut dalam skala luas. Banyak peneliti memberikan laporan namun verifikasinya sangat kurang, bahkan selisih marjin error mencapai 40 persen untuk penelitian luasan gambut.

Baca juga: Tanpa membakar, sampah hasil pembersihan lahan bisa dijadikan kompos

Saat ini berkembang penelitian lahan gambut dengan teknologi satelit, namun tetap terkendala verifikasi mengingat data lapangannya masih sangat minim.

"Jadi luasan gambut seluruh dunia sepertinya jauh lebih luas dari yang kita tahu. Sekarang perusahaan dan BLI KLHK kerja sama untuk mengetahui luasan gambut dunia, lalu tata kelola air gambut bagusnya seperti apa ini juga dicari tahu sehingga risiko kebakaran lahan juga dapat dipantau," ujar Kato.

Kerja sama penelitian ini, menurut dia, sekaligus fokus pada upaya menjaga keanekaragaman hayati di ekosistem gambut, sehingga tidak fokus hanya diurusan ekonomi saja. Area konservasi di dua perusahaan kebetulan memang lebih luas dari yang sudah ditetapkan dalam kebijakan pemerintah Indonesia.

Perusahaan, lanjutnya, juga membuat koridor hijau dan melakukan survei intensif dua tahun sekali untuk populasi orangutan. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah individu satwa liar dilindungi ini di kawasan HTI.

"Itu luar biasa. Artinya pakan mereka tercukupi, luasan area hidup mencukupi. Ini dapat terjadi dengan membuat 'buffer zone' yang ditanami berbagai tanaman lokal," lanjutnya.

Baca juga: BRG bangun 50 sumur bor di lahan gambut Tanjung Jabung Timur

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019