Sydney (ANTARA) - Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill mengumumkan pengunduran dirinya pada Ahad, setelah selama tujuh tahun berada di kursi tertinggi pemerintahan menyusul pembelotan sejumlah tokoh di partai yang berkuasa.

"Saya mengumumkan hari ini bahwa saya mengundurkan diri sebagai perdana menteri negara merdeka Papua Nugini," kata O'Neill dalam satu pernyataan yang dikirim melalui fasilitas surat elektronik.

O'Neill, yang menyerahkan kendali kekuasaan kepada mantan Perdana Menteri Sir Julius Chan, mengatakan perubahan kepemimpinan itu akan memungkinkan negara itu "meneruskan agenda reformasi yang sudah kami lakukan."

Ketakstabilan politik sering terjadi di negara Pasifik Selatan itu yang kaya minyak tetapi dilanda kemiskinan dan O'Neill, yang telah menjadi pemimpin sejak 2011, telah mengalami usaha-usaha untuk menjatuhkannya sebelumnya.

O'Neill tetap tidak ingin mengundurkan diri kendati sudah ada seruan-seruan agar mundur selama beberapa pekan tetapi para penentangnya mengatakan pada Jumat mereka telah cukup memperoleh dukungan di parlemen untuk menggulingkannya akibat berbagai ketakpuasan termasuk persetujuan gas dengan Total dari Prancis, yang para pengeritiknya pertanyakan.

Pembelotan dari koalisi yang berkuasa telah terjadi selama beberapa pekan dan pada Jumat sedikitnya sembilan anggota membelot, menurut dua menteri yang termasuk di antara mereka. Para penentang O'Neill perlu mengajak 62 anggota parlemen PNG yang berkursi 111 untuk menyuarakan dia tak lagi sebagai perdana menteri..

Para politisi oposisi mengatakan pada Jumat mereka akan mendorong investigasi di Australia dan Swiss atas pinjaman 1,2 miliar dolar Australia (830,76 juta dolar AS) yang diatur oleh kelompok keuangan UBS jika terjadi perubahan pemerintahan, the Australian Financial Review melaporkan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Pemungutan suara di PNG dan Solomon berlangsung damai tertib

Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019