Bengaluru, India (ANTARA) - Lima pekerja dari satu partai politik India yang sedang libur setelah bekerja selama pemilihan umum di India termasuk di antara 290 orang yang tewas di Sri Lanka.

Dua orang lagi dari kelompok tujuh-orang dari partai Janata Dal Sekuler (JDS) hilang, dalam serangan bom saat Paskah, Ahad (21/4) di Sri Lanka, kata seorang pejabat pemerintah.

Kelompok tersebut sedang berlibur setelah pemungutan suara diselenggarakan pada Kamis (18/4) dalam pemilihan umum di Negara Bagian Karnataka di India Selatan.

Mereka menginap di Hotel Shangri-La di Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo. Seorang pembom bunuh diri menyerang hotel itu saat para tamu sedang duduk untuk sarapan.

"Mereka sedang sarapan di lantai dua, ketika ledakan terjadi," kata Rajath B., seorang teman keluarga salah seorang korban, KG Hanumantharayappa, kepada Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam. "Keluarga di India mengetahui mengenai ledakan tersebut dari televisi."

JDS adalah bagian dari koalisi yang memerintah di Negara Bagian Karnataka.

Partai itu bersaing dalam pemilihan umum dalam satu aliansi dengan partai oposisi utama India, Partai Kongres. Pemilihan umum dimulai pada 11 April dan dijadwalkan berakhir pada 19 Mei.

Pemimpin partai tersebut, yang juga adalah Kepala Menteri Karnataka H.D. Kumaraswamy mengatakan ia sangat sedih oleh kehilangan itu.

"Mereka adalah ... pekerja yang memiliki komitmen buat partai kami dan kematian mereka telah membawa kesedihan sangat besar buat kami," kata Kumawaswamy di Twitter.

Sebanyak 32 orang asing tewas dalam serangan bom terhadap gereja yang sedang menyelenggarakan misa Paskah Ahad dan hotel berbintang.

Sebanyak tujuh warga negara India tewas dalam peristiwa itu, kata beberapa pejabat India.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung-jawab atas serangan bom tersebut.

Sumber: ReutersBaca juga: Presiden Jokowi kecam pemboman di Sri Lanka
Baca juga: Gekira minta dunia internasional usut tuntas bom Sri Lanka

​​​​​​​

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019