Konya, Turki (ANTARA News) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (17/12) menghadiri satu upacara untuk memperingati wafatnya ahli tasawuf dan penyair religi legendaris, Maulana Jalaluddin Ar-Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri, sekitar 800 tahun lalu.

Ketika berbicara di Sheb-i Arus untuk memperingati wafatnya tokoh tasawuf Jalaluddin Ar-Rumi itu, Presiden Erdogan juga berbicara mengenai perang saudara yang berlangsung lama di Suriah.

Ia kembali menyampaikan pendiriannya mengenai Suriah, dan mengatakan Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad berusaha melindungi dirinya setelah tewasnya sebanyak satu juta warganya sendiri.

Presiden Turki itu menambahkan sebagian orang masih mendukung Presiden Bashar dan berusaha melindungi posisinya, demikian dilaporkan Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Suriah telah terjerumus dalam perang saudara sejak awal 2011, ketika Pemerintah Bashar menindas pemrotes dengan kekuatan yang tak pernah terjadi sebelumnya.

Sejak itu, ratusan ribu orang tewas dan lebih dari 10 juta orang lagi kehilangan tempat tinggal, kata beberapa pejabat PBB.

Ar-Rumi, yang dilahirkan di keluarga Turki --tapi sekarang menjadi bagian dari Afghanistan-- pada 1207, adalah salah seorang ahli filsafat dan tasawuf yang karyanya dibaca banyak orang di dunia. Warisannya melanglang-buana dan melintasi perbatasan negara, ras, warna kulit dan bahkan agama.

Di Turki, Ar-Rumi sangat dikenang oleh pengikutnya sebagai Maulana --gelar kehormatan bagi ulama besar atau sufi.

Setelah Ar-Rumi wafat pada 1273, pengikutnya mendirikan Mevlevi Order, dengan nama Whirling Dervishes, Tarian Sufi yang terkenal.

Setiap tahun, upacara peringatan diselenggarakan buat Jalaluddin Ar-Rumi.

Baca juga: Leonardo DiCaprio ditolak keras perankan Jalaluddin Rumi
Baca juga: Telaah - Mencoba memahami manifestasi Tuhan ala Rumi


 
Editor: Chaidar Abdullah

Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018