Nairobi, Kenya (ANTARA News) - Kebanyakan petani di Afrika telah beralih ke bio-pestisida untuk memerangi ulat grayak Afrika (FAW), yang memporak-porandakan tanaman pangan di benua tersebut, demikian hasil satu studi yang telah disiarkan di Nairobi, Kenya.

Studi itu, yang diselenggarakan oleh Center for Agricultural and Bioscience International (CABI) dan disiarkan pada Senin (22/10), dilakukan di 19 negara pada awal tahun ini, dengan menggunakan versi terkini daftar nasional mengenai pestisida yang terdaftar.

Studi mendapati bahwa bio-pestisida telah terbukti efektif dalam memerangi ulat grayak.

"Campur-tangan yang aman, berkelanjutan dan efektif seperti bio-pestisida menjadi terkenal di kalangan petani di negara yang diserang FAW," kata Penasihat Management Tanaman Terpadu CABI dan pemimpin studi tersebut, Melanie Bateman.

Studi itu meneliti 50 bahan bio-pestisida aktif di 11 negara asal FAW, tempat petani menghadapi wabah itu selama berabad-abad, serta 19 negara Afrika tempat wabah tersebut efektif baru.

Studi diselenggarakan di Benin, Burkina Faso, Kamerun, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Ghana, Kenya, Mali, Malawi, Mozambik, Nigeria, Rwanda, Sierra Leon, Afrika Selatan, Tanzania, Togo, Uganda dan Zambia, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. Tunisia juga termasuk di dalam analisis itu sebab negeri tersebut mewakili negara Laut Tengah yang mungkin terancam serbuan ulat grayak.

Dari semua produk yang dipelajari, 23 --termasuk thuringiensis Basil dan Nimba dan feromon seks serta mikroba yang terdaftar di sub-Sahara Afrika-- disarankan untuk pertimbangan lebih lanjut.

Produk bio-pestisida tersebut meliputi 417 ekstrak botani, 274 ekstrak mikroba, dan 271 ekstrak mikroba atau produk fermentasi.

Bateman menyeru semua pemerintah agar mulai mensubsidi bio-pestisida di tempat zat itu tak tersedia di tingkat lokal serta mempertimbangkan peluang bagi produk bahan tersebut secara lokal melalui kemitraan dengan sektor swasta guna meningkatkan aksesnya.

Mereka juga mendapati bahwa beberapa pemerintah Afrika telah membagikan insektisida kepada petani, termasuk sebagian produk yang sangat berbahaya.

"Meskipun sebagian petani mungkin bersedia membayar premi buat produk dengan resiko yang lebih rendah, banyak pemegang saham kecil di kalangan petani jagung di Afrika sudah memiliki margin kecil. Jadi (mereka) akan berusaha memperkecil biaya tambahan dalam pengendalian hama baru seperti ulat grayak Afrika," kata Bateman.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) telah mengembangkan satu Kerangka Kerja bagi Kemitraan, yang menekankan pengganti untuk pestisida, seperti ekstrak mikroba mereka, botani, semia-kimiawi, bio-kimia non-organik, pemangsa dan parasit.

 
Editor: Chaidar Abdullah

Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018