Ramallah, Palestina (ANTARA News) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Kamis (13/9) mengatakan rakyat Palestina masih berkomitmen untuk mewujudkan perdamaian yang adil dengan Israel.

Abbas mengeluarkan pernyataan tersebut selama pertemuan di markasnya di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, dengan pemimpin tiga agama utama --Islam, Kristen dan Yahudi-- di wilayah Palestina.

Ia menekankan pentingnya untuk mencapai perdamaian dengan Israel dengan dasar resolusi internasional yang berkaitan dengan pembentukan Negara Palestina dengan perbatasan 1967 dan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Abbas, yang dikutip oleh kantor berita resmi Palestina, WAFA, mengatakan rakyat Palestina layak memiliki negara merdeka dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya, "yang akan terbuka buat ketiga agama langit".

Para pemimpin agama menegaskan kepada Abbas dukungan mereka bagi kebijakannya yang bertujuan mewujudkan harapan dan aspirasi rakyat Palestina, yaitu kemerdekaan dan kebebasan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.

Baca juga: Israel lanjutkan pembangunan permukiman, langgar resolusi PBB

Abbas dijadwalkan berpidato di Sidang Majelis Umum PBB pada 27 September.

Ahmad Majdalani, seorang pejabat senior di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan pidato Abbas "akan seperti kertas kerja untuk tahap mendatang".

Ia mengatakan kepada Voice of Palestine Radio bahwa rakyat palestina akan melanjutkan upaya yang akan ditingkatkan pada masa mendatang, sebagai reaksi atas tindakan yang kebijakan Amerika Serikat serta Israel, yang dilakukan untuk menghentikan masalah Palestina.

Pemerintah Otonomi Palestina telah memboikot pemerintah AS yang dipimpin Presiden Donald Trump sebagai penengah perdamaian, setelah Trump pada Desember lalu mengumumkan akan mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan pada Mei memindahkan kedutaan besar AS di Israel dari Tel Aviv ke kota suci yang menjadi sengketa tersebut.

Pembicaraan perdamaian Palestina-Israel telah macet sejak 2014, setelah sembilan bulan pembicaraan yang ditaja AS gagal membuat kemajuan guna menyelesaikan konflik selama beberapa dasawarsa.

Editor: Chaidar Abdullah

Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018