Jerusalem (ANTARA News) - Presiden Palestina pada Jumat (17/8) memperingatkan Israel mengenai konsekuensi berbahaya dari penutupan Masjid Al-Aqsha di Kota Tua Jerusalem.

Penguasa Israel pada Jumat petang membuka kembali kompleks masjid itu buat orang Palestina yang ingin shalat, setelah menutupnya selama beberapa jam setelah serangan penikaman di dekat masjid tersebut di Kota Tua Jerusalem.

Departeman Harta Muslim di kota itu mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa Shalat Subuh dilaksanakan tepat pada waktunya di Masjid Al-Aqsha, setelah masjid tersebut ditutup oleh polisi Israel selama beberapa jam.

Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan polisi Israel memaksa orang Palestina yang sedang shalat untuk meninggalkan halaman masjid, menutup salah satu gerbangnya, dan menahan empat orang.

Laporan itu juga mengatakan pasukan polisi Israel melarang orang yang akan shalat mencapai masjid tersebut untuk Shalat Isya.

Penutupan Masjid Al-Aqsha oleh Israel, tempat suci ketiga umat Muslim, dilakukan setelah satu orang Arab-Israel ditembak hingga meninggal di dekat masjid itu karena ia diduga berusaha menikam personel polisi Israel.

Sementara itu, Kantor Presiden Palestina mengumumkan bahwa Presiden Mahmoud Abbas mengadakan pertemuan darurat pada Jumat malam untuk menindak-lanjuti situasi di Masjid Al-Aqsha.

"Tindakan tersebut dengan tegas ditolak dan kami menganggap Pemerintah Israel sepenuhnya bertanggung-jawab karena melakukan tindakan ini," kata pernyataan dari Kantor Presiden Palestina, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu siang.

"Sekali lagi, Jerusalem Timur dan Masjid Al-Aqsha, yang dirahmati, adalah garis merah, dan tak ada perdamaian atau keamanan tanpa itu," kata Abbad di dalam pernyataan presiden yang disiarkan oleh WAFA.

Jerusalem adalah salah satu masalah status akhir bagi perundingan Palestina-Israel, yang telah macet sejak 2014, setelah sembilan bulan pembicaraan yang ditaja AS tanpa kemajuan untuk menyelesaikan konflik beberapa dasawarsa antara kedua pihak.

Editor: Chaidar Abdullah

Pewarta: antara
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018