Astana (ANTARA News) - Perundingan soal Suriah yang dipelopori oleh Rusia di Astana, Kazakhstan, gagal membawa konflik yang telah berlangsung tujuh tahun itu ke arah penyelesaian politik pada Selasa (15/5), dan memunculkan ketidakpastian bagi masa depan upaya diplomatik untuk mengakhiri krisis.
 
Didukung oleh Rusia dan Iran, yang bersekutu dengan rezim pemerintah Suriah, serta Turki yang mendukung pemberontak, negosiasi di Astana yang dimulai Januari tahun lalu berjalan paralel dengan perundingan yang diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa.

Perundingan dua hari yang melibatkan rezim dan oposisi Suriah itu merupakan putaran kesembilan negosiasi Suriah yang digelar di Kazakhstan hingga saat ini.

Namun, dengan gagalnya perundingan di Jenewa dan tidak adanya kemajuan dalam putaran perundingan terbaru di Kazakhstan, dorongan diplomatik untuk mengakhiri krisis Suriah tampaknya menemui jalan buntu.

Resolusi gabungan yang dibuat oleh tiga negara penjamin pada Selasa menyebutkan bahwa pertemuan tingkat tinggi berikutnya tentang isu Suriah akan berlangsung di kota Rusia, Sochi, pada Juli.

Namun, anggota oposisi bersenjata Suriah yang hadir di Astana dengan cepat menolak hadir di acara yang akan digelar di Rusia.

"Kami ingin negosiasi dilangsungkan di Astana dan hanya di Astana. Jika negara penjamin ingin menggelar pertemuan lain di negara lain, itu terserah mereka," kata Ahmed Tomeh, anggota delegasi oposisi, setelah perundingan tersebut.

Kepala perunding Rusia Alexander Lavrentyev menanggapi dengan mengatakan bahwa negara tempat perundingan "bukan hal penting" dan mengatakan kelompok lain kemungkinan akan menghadiri pertemuan di Sochi.

"Proses Astana hidup, sekarang hidup dan akan terus hidup," katanya, sementara menolah mengonfirmasi apakah Sochi akan menggantikan ibu kota Kazakhstan sebagai tempat utama perundingan.

Lavrentyev mencela Amerika Serikat karena tidak mengirim delegasi untuk mengamati perundingan damai Suriah terkini.

Dia juga menyatakan bahwa ISIS "praktis sudah hancur" di Suriah.

Sejak perundingan soal Suriah di Astana mulai pada awal tahun lalu, mereka utamanya fokus pada upaya untuk menjaga pasukan rezim Suriah dan pemberontak oposisi saling berjauhan.

Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Suriah Staffan de Mistura juga hadir dalam perundingan untuk mengakhiri konflik multi-pihak yang telah merenggut 350.000 nyawa tersebut, demikian menurut siaran kantor berita AFP. (kn)

Baca juga: PBB: Kondisi kemanusiaan menyedihkan di Suriah
 

Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018