Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada Kamis mengatakan Indonesia dan Australia telah membahas isu pertahanan dan keamanan di kawasan dalam pertemuan 2+2 menteri luar negeri dan menteri pertahanan dari kedua negara.

Pertemuan yang digelar pada Rabu (8/2) itu dihadiri oleh Retno, Menhan RI Prabowo, Menlu Australia Penny Wong, dan Menhan Australia Richard Marles.

Retno mengatakan pertemuan tersebut sangat penting untuk membahas dinamika dan kompetisi di antara kekuatan-kekuatan utama di kawasan, juga keamanan maritim, baik di ASEAN maupun Pasifik.

Dia mengatakan dirinya menyampaikan bahwa Indonesia khawatir terhadap meningkatnya rivalitas di kawasan.

"Jika tidak dikelola dengan baik, rivalitas tersebut dapat menjadi konflik terbuka yang sangat berdampak terhadap kawasan," kata Retno dalam pengarahan pers secara virtual dari Canberra, Kamis.

Indonesia juga terus mengajak Australia agar bersama-sama dapat menjadi kekuatan yang mendukung dalam menjaga kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera.

Retno juga menyampaikan kembali cara pandang di Indo-Pasifik, yang mengedepankan kerja sama inklusif di bidang ekonomi dan pembangunan, alih-alih kompetisi dan rivalitas.

"Harapannya dengan kerja sama inklusif, ketegangan ini dapat diturunkan," ujar Retno.

Pada pertemuan 2+2 itu, Retno juga menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional, terutama UNCLOS 1982, untuk menjadikan laut sebagai kekuatan yang mendukung perdamaian dan kemakmuran.

Pernyataan tersebut salah satunya mengacu pada sengketa di Laut China Selatan (LCS), yang hingga saat ini masih terus berlangsung, bahkan diwarnai oleh ketegangan AS-China yang kian meningkat.

China, yang mengeklaim sebagian besar LCS berada di bawah kedaulatannya, semakin agresif dari waktu ke waktu, salah satunya dengan melakukan reklamasi pulau yang membuat hubungannya dengan beberapa negara anggota ASEAN semakin panas.

Selain China, setidaknya ada lima negara lain yang terlibat sengketa di LCS, yakni Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan.

Untuk itu, Retno berharap dukungan Australia untuk menciptakan kondisi yang kondusif di kawasan itu.

"Terkait kebijakan pertahanan dan keamanan, saya tegaskan bahwa upaya kita untuk meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional harus dilakukan sebagai building block dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan yang lebih luas," tuturnya.

Indonesia, kata Retno, juga menyampaikan kembali pentingnya transparansi kerja sama AUKUS, pakta pertahanan trilateral antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat.

Hal itu dilakukan demi menjaga perairan kawasan sebagai tempat yang damai, terbebas dari konflik bersenjata dan nuklir, katanya.

AUKUS, yang disepakati pada September 2021, bertujuan menjaga stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik, salah satunya dengan pengembangan kapal selam bertenaga nuklir.

Indonesia khawatir kehadiran AUKUS hanya akan meningkatkan ketegangan dan perlombaan senjata di antara negara-negara adidaya yang berpotensi mengancam kestabilan dan keamanan di kawasan.

Baca juga: Indonesia-Australia perkuat kerja sama tata kelola ekonomi sampai 2026
Baca juga: Indonesia dan Australia perkuat kerja sama ketenagakerjaan

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023